Advertorial

Heboh Banner ODHA 'Penyakit Masyarakat', Sebenarnya Ada 4 Cara Mudah Bangun Support System Mereka Lho!

Moh. Habib Asyhad
Kontributor 01
,
Moh. Habib Asyhad

Tim Redaksi

ODHA kerap dianggap sebagai "penyakit masyarakat" justru butuh support system dari masyarakat.
ODHA kerap dianggap sebagai "penyakit masyarakat" justru butuh support system dari masyarakat.

Intisari-Online.com - ODHA kerap dianggap sebagai "penyakit masyarakat" sebenarnya justru perlu dukungan.

Banner yang diduga dibuat oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat ini mengundang kontroversi dengan bertuliskan "Perangi Penyakit Masyarakat: Gelandangan, Pengemis, LGBT, Tafficking, Eks Napi, ODHA," seperti yang di lansir dari Instagram @taantee_remmpoonngs.

Dinsos Jabar segera lakukan klarifikasi terkait kekeliruan pada banner tersebut. melalui akun @dinsosjabar.

Baca juga:Derita Penyakit Langka, Dua Saudara Ini Dianggap ‘Anak Setan’ dan Dikucilkan

"Kami dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak atas tulisan/konten di banner tersebut, yang dari bahasanya tidak pas, itu merupakan kekhilafan kami.

Terimakasih atas masukan dan sarannya serta dengan ini kami akan menarik kembali banner tersebut untuk tidak dipasang lagi. Demikian kiranya semua pihak dapat memakluminya."

Namun demikian, sejumlah netizen menyayangkan adanya ide untuk pembuatan banner kontroversial tersebut.

ODHA dianggap para netizen bukan sebagai sampah masyarakat, justru mereka lebih memerlukan dukungan dari masyarakat.

Orang dengan HIV/AIDS atau ODHA harus hidup dengan virus ganas di tubuhnya dan mengonsumsi obat selama bertahun-tahun.

Stigma dan diskriminasi kerap dirasakan para ODHA di lingkungan terekatnya seperti keluarga, teman, sekolah dan kantor.

Melansir dari Odhaberhaksehat.org, berikut cara membangun support system tanpa takut terinfeksi dan tertular virus.

Baca Juga:Beginilah Keseharian Puji Kuswati, Ibu yang Diduga Tega Ajak Anak-anaknya Meledakkan Bom Bunuh Diri

1. Ajak Bicara Kelurga dari ODHA

Dari testimmoni sahabat ODHA berhak sehat, ternyata para ODHA menginginkan adanya moderator terhadap keluarga.

Sebab, keluarga dapat menjadi semakin tertutup kepada ODHA.

Keluarga tidak ingin menunjukan ekspresi sedih dan kecewa kepada ODHA.

Oleh karena itu, ODHA butuh moderator yang dapat mengajak keluarganya bicara secara jujur dan terbuka tentang kondisi ODHA.

Dengan demikian, diharapkan komunikasi ODHA dan keluarga dapat lebih terbuka.

Komunikasi yang kondusif antara ODHA dan keluarga berdampak pada motivasi kesembuhan.

2. Jadwal Pemulihan Kesehatan

Seorang ODHA mengkau bahwa kunci bertahan dari serangan virus adalah jadwal pemulihan yang terencana.

ODHA harus memeriksakan diri, membeli pobat dan cek darah rutin agar keadaan tidak semakin parah.

Anda dapat memberikan buku catatan kepada ODHA untuk menjadwalkan periksa rutin.

Buku catatan juga berguna merangkum saran dari dokter dan para ahli untuk mempercepat pemulihan.

3. Teman Sebaya

Teman sebaya yang dimaksud bukan teman seumuran atau sepermainan lho.

Tetapi, teman dari kalangan ODHA juga dianggap sebagai teman sebaya.

Para pasien ODHA di klinik biasanya akan menemukan "teman sebaya" yang dapat saling merasakan penderitaan satu sama lain.

Selain lebih memahami, teman sebaya dari kalangan ODHA juga saling mendukung selama masa pemulihan.

Kesulitan memiliki pertemanan normal tidak lagi dirasakan para ODHA dengan memiliki "teman sebaya".

4. Aktifitas Bermanfaat

ODHA sangat dianjurkan untuk melakukan kegiatan fisik yang bermanfaat.

Tidak hanya meningkatkan imunitas tubuh dari serangan virus, tetapi juga melepaskan pikiran negatif ODHA.

Kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan orang lain akan memberikan ODHA semangat lebih untuk sembuh. (Intisari-Online.com/Tiur Renata)

Baca Juga:Derita Penyakit Langka, Dua Saudara Ini Dianggap ‘Anak Setan’ dan Dikucilkan

Artikel Terkait