5 Cara Ini Sebabkan Seks Justru Membuat Kita Sakit

Intisari-Online.com – Berbagai manfaat kesehatan termasuk mengurangi stres, harga diri yang lebih tinggi, efek antidepresan alami, meningkatkan suasan hati, dan tidur yang lebih baik, sudah kita ketahui. Tapi untuk beberapa wanita, seks bisa menyebabkan kondisi kesehatan yang serius. Berikut ini lima cara bagaimana seks justru membuat kita sakit.

• Orgasme berlebihan. Orgasme yang sering dapat membuat pria dan wanita gugup. Para peneliti juga telah mengidentifikasi kondisi yang disebut sindrom penyakit pasca-orgasmik, di mana orang menderita seperti gejala flu selama berminggu-minggu setelah orgasme.
• Sakit kepala. Seks dapat menyebabkan migrain yang intens pada pria dan wanita. Menurut The International Headache Society, ada dua jenis sakit kepala terkait seks. Tipe 1 adalah pra orgasmik, ketika gairah seks membangun stres, dan tipe 3 adalah sakit kepala berdenyut setelah klimaks. Menurut penelitian yang dipublikasikan di British Journal of Medical Practitioners, 1 dari 100 pasien migrain mengalami sakit dengan kesenangan.
• Depresi. Seks seharusnya meringankan kekhawatiran dan bertindak sebagai penambah suasana hati, ‘kan? Tapi sebuah penelitian di Australia tahun 2011 menunjukkan bahwa sepertiga wanita merasa tertekan setelah menyelesaikan hubungan seks. Hampir 10 persen wanita merasa sedih, bersalah, kesal, dan gugup setelah mereka mencapai orgasme karena pergeseran hormonal pasca orgasme.
• Alergi. Pria dapat mengalami alergi kondom, seperti alergi lateks atau alergi pelumas. Demikian pula, wanita bisa alergi terhadap protein dalam air main dan mengalami terbakar atau iritasi. Oleh karena itu, para ahli menyarankan kondom lateks bebas gliserin dan paraben bebas pelumas untuk seks menyakitkan.
• Amnesia. The Journal of Emergency Medicine tahun 2011 melaporkan kasus seorang wanita yang tidak dapat mengingat satu hari setelah berhubungan seks dengan suaminya. Kondisinya didiagnosis sebagai transient global amnesia, di mana memori seseorang tiba-tiba menghilang. Para ahli menekankan bahwa kondisi ini disebabkan karena aktivitas fisik yang berat.