Psikolog: Percaya Santa, Sehat!

Moh Habib Asyhad

Editor

Psikolog: Percaya Santa, Sehat!
Psikolog: Percaya Santa, Sehat!

Inisari-Online.com -Umumnya, berbohong kepada anak-anak adalah sesuatu yang buruk. Tapi psikolog menegaskan, percaya pada santa—dan mitos-mitos lainnya—adalah normal dan sehat untuk pengembangan diri.

Percaya pada seorang laki-laki terbang ke berbagai pelosok dengan kendaraan yang ditarik mamalia berkuku, masuk ke rumah-rumah lewat cerbong, memberikan hadiah, dalam satu malam, adalah mustahil. Tapi nyatanya, mitos tentang Santa telah bertahan ratusan tahun dan dipercaya bisa menanamkan nilai-nilai yang baik.

“Saya tidak berpikir itu adalah hal yang buruk bagi anak-anak untuk percaya pada mitos seorang pria tua yang berbuat baik kepada mereka yang baik,” kata Dr Matthew Lorber, psikiater anak di Lenox Hill Hospital, New York, seperti yang dikutip Live Science, 19 Desember 2013.

Mitos Santa terinspirasi dari St Nicholas yang menjadi terkenal karena memberi hadiah dan uang kepada orang miskis. “Sejatinya ini adalah kisah nyata—yang dimitoskan—yang bisa menginspirasi anak-anak untuk berbuat baik,” ujar Lorber.

Santa menjadi begitu populer di kalangan anak-anak bersama Tooth Fairy, Kelinci Paskah, dan makhluk dongeng lainnya. Melalui mitos ini, para psikolog percaya, anak-anak akan menggunakan imajinasi mereka sepanjang waktu, seperti halnya ketika anak-anak bermain polisi vs pencuri. Bahkan, psikolog cenderung khawatir dengan yang tidak memiliki kemampuan menulis dan bercerita kreatif.

Kebaikan yang lain adalah kebiasaan menulis surat kepada Santa. Tentu ini bisa digunakan untuk memancing kebiasan anak-anak untuk menulis kreatif sekreatif cara mereka menulis surat kepada Santa yang mereka “percaya’.

Pada saatnya, anak-anak akan mencari tahu ikhwal kebenaran Sang Santa yang baik hati; mereka ada atau tidak? Tentu saja, saat beranjak dewasa menjadi tidak percaya. Jika itu terjadi, alangkah baiknya orangtua memastikan anak-anak mereka tahu bahwa anak-anak lain percaya pada mitos Santa dan memastikan si anak tidak merusak mitos itu.

Santa mungkin tradisi, namun, semangat memberi kepada orang lain dan yang membutuhkan, serta semangat keluarga dan kebersamaan, menjadikannya sangat bermakna. “Dan ini sangat universal,” ungka Lorber.