Intisari-Online.com - "Benar, Bu. Bukan aku, kok, yang makan kue untuk nenek!" Ranindra, putri semata wayang Wanda, bersikeras saat Sang Ibu bertanya.
Wanda tahu betul putrinya yang berusia 4 tahun ini mengambil potongan kue yang dibeli untuk mertua. Namun entah kenapa, Ranindra tak kunjung mau mengakui.
"Bukan masalah kuenya, sih, Pa. Hanya saja, masih kecil, kok, dia sudah berbohong, ya?" ujar Wanda pada suami.
Faktanya sejak kecil memang buah hati mungkin saja melakukan kebohongan-kebohongan kecil yang membuat kita gemas.
Pasalnya, kadang kala kebohongan dilakukan untuk alasan yang tak dapat dimengerti. Padahal kita selalu berupaya untuk mengajarkan nilai-nilai kejujuran sejak dini, bukan?
Sebelum menilai macam-macam, kenali saja dahulu kebohongan yang biasa dilakukan buah hati sesuai dengan rentang usianya.
Anak Batita
Usia 2 atau 3 tahun memang sangat dini untuk berbohong. Mungkinkah mereka berbohong bila kemampuan bicara pun belum terlalu fasih? Para pakar parenting mengenali kebohongan anak usia di bawah tiga tahun umumnya menyangkut hal-hal yang sangat sederhana.
Salah satu contoh, anak keberatan dan menolak saat Anda hendak mengecek pospak atau celananya karena malas melakukan aktivitas membersihkan diri atau mengganti pakaian.
Di usia ini, mereka mulai berpikir untuk bersembunyi saat merusak barang atau mengompol dengan harapan orangtua tak mengetahui apalagi memarahinya.
Kadang, tingkah batita ini memang membuat Anda heran. Bisa-bisanya mereka berpikir demikian? Namun memberikan hukuman tentu tak bijak, karena pada dasarnya mereka belum mengerti benar dan salah.
Strategi yang diberikan pakar psikiatri anak, Michael Brody, M.D., adalah mengurangi intensitas bertanya.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR