Intisari-Online.com -Mengenali potensi PRT yang akan dipekerjakan atau yang sudah dipekerjakan, itu penting. Ada PRT yang tidak bisa menangani balita. Ada juga yang tidak sanggup jika dihadapkanpada para manula. “Kita tidak bisa serta-merta memaksakan PRT menuruti apa yang kita inginkan. Seharusnya para majikan itu paham, bahwa ada banyak tipe pembantu. Ada yang tidak bisa langsung dibentak, ada yang mudah akrab, ya, sifat umum manusia gitu lah,” ujar Mira.
Salah satu cara yang paling mujarab untuk lebih dekat dengan PRT adalah sering-sering mengajaknya ngobrol. Apalagi jika sudah berurusan dengan masalah kebutuhan keluarga. Langkah ini penting karena ternyata banyak juga keluarga yang “seenak udelnya” dan masa bodo dengan PRT-nya. Tidak pernah jelas saat memberi instruksi, lantas marah-marah jika tidak sesuai dengan keinginannya.
Anak-anak juga menjadi salah satu faktor penting jika sudah berhubungan dengan PRT. Apalagi bagi mereka yang masih usia sekolah dasar. Dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan berinteraksi langsung dengan PRT. Praktis porsinya lebih banyakdibandingkan dengan yang lain.
Jika tidak diperhatikan, tidak menutup kemungkinan “perang dingin” antara anak dan PRT akan terjadi. Saat pengambilan keputusan, yang paling sering ditemui adalah orangtua akan lebih memilih untuk memulangkan si PRT. Tapi, jika ditelisik lebih dalam lagi, tidak menutup kemungkinan biang keladi perang dingin justru si anak.
Mira mengungkapkan, pernah ada kasus ketidakharmonisan anak dengan PRT-nya, sementara orangtua sama sekali tidak tahu duduk masalahnya. Pada sebuah kesempatan, didapati gangguan pada mata si anak. Kata dokter, tak ada yang salah dengan mata sianak. Semua baik-baiknya saja. Dokter lalu menyarankan agar membawa si anak ke psikolog.
Ternyata benar, gangguan yang ada di mata si anak disebabkan oleh masalah psikologi anak tersebut. Usut punya usut, si anak terlibat perang dingin dengan PRT yang hampir enam jam per hari bersamanya. Saat meminta pendapat si anak, sudah barang tentu PRT yang jadi kambing hitam. Tapi pernahkah kita tahu apa sebenarnya yang dialami oleh PRT tersebut selama berada di dekat anak kecil itu? Tak seorang pun tahu karena si PRT sudah keburu dipecat.Artikel ini pernah di tulis di Majalah Intisari edisi Extra 10001 Solusi untuk Keluarga Muda, dengan judul asli "Merawat PRT Juga Ada Seninya" oleh M. Habib Asyhad