Intisari-Online.com -Memiliki seorang bayi bukanlah hal yang mudah. Hamil atau mengandung bagi seorang wanita, juga bukanlah hal mudah. Namun, dapat ditemui banyak wanita hamil dan tidak ingin punya bayi untuk beberapa alasan. Seperti halnya faktor usia, status keuangan, sebab alamiah, rahim yang lemah, masalah biologis, status perkawinan, bahkan kematangan emosional.Apapun alasannya, seorang wanita yang menyelesaikan masalah tersebut dengan aborsi, kenyataannya tidak hanya mengalami perubahan fisik, melainkan juga perubahan emosional.Jika wanita tersebut membuat pilihan sendiri, efek samping emosional akan menjadi lebih sedikit karena dia akan berpikir panjang dan keras tentang hal itu. Namun, bagi wanita yang dipaksa oleh orang lain atau keadaan, efek psikologis yang diderita akan cenderung lebih kuat, bahkan lebih lama. Berikut adalah beberapa efek psikologis dari aborsi.
1. Sebuah rasa kehilanganRasa kehilangan bisa mendalam atau ringan tergantung pada keadaan emosional perempuan itu, dan cara ia memandang bayi yang belum lahir di dalam dirinya. Apapun keadaan emosionalnya, setiap wanita yang telah melakukan aborsi akan merasakan rasa kehilangan baik fisik dan mental. Jika dia sudah mulai melihat janin sebagai bayi dan telah membentuk ikatan emosional, aborsi bisa sangat menghancurkan untuknya.2. DepresiWanita yang telah memperkirakan bahkan berharap untuk memiliki bayi, namun harus melakukan aborsi (baik karena alasan medis atau alasan lain) akan merasa depresi. Depresi ini bisa sangat serius, bahkan bisa membuat mereka bunuh diri. Perasaan emosional mereka ini membuat mereka sangat lemah dan rentan terhadap pikiran-pikiran gelap dan depresi.(Baca juga: Syarat Bagi Korban Perkosaan untuk Diperbolehkan Melakukan Aborsi)3. Perasaan bersalahJika seorang wanita telah membuat pilihan untuk aborsi, ia akan merasa sangat bersalah karena menganggap bahwa ia telah mengambil kehidupan seseorang dan tidak pernah memberikan sang bayi kesempatan untuk datang ke dunia. Ia juga akan mulai mempertanyakan dirinya atas keputusannya.Bahkan jika wanita tersebut terpaksa aborsi atau keguguran, ia juga tidak akan berhenti menyalahkan diri sendiri, dan terus-menerus mencari cara di mana ia bisa bertanggung jawab untuk itu.4. Penyesalan dan KemarahanSeorang wanita harus cukup kuat mental ketika memutuskan aborsi. Tapi kekuatan kadang-kadang bisa berubah menjadi kemarahan dan penyesalan di kemudian hari. Kemarahan ini dapat diarahkan pada dirinya sendiri atau pada orang-orang yang bertanggung jawab. Seorang wanita yang telah melakukan aborsi membutuhkan semua dukungan emosional yang dia bisa. Dia juga tidak boleh disalahkan atau ditinggalkan untuk menjaga dirinya sendiri saat ia akan pergi melalui beberapa momen paling gelap dalam hidupnya. Satu hal yang juga harus dipahami, aborsi adalah keputusan yang sangat pribadi sebagai seorang wanita. Karenanya, mereka harus diberikan ruang untuk memutuskan dan juga pulih. (Magforwomen)