Intisari-Online.com - Tahukah Anda, saat ini depresi telah mengalami depresiasi. Dalam arti susut umur penderitanya. Depresi tidak lagi milik orang dewasa. Kini, anak juga bisa mengalami depresi.
Sebuah penelitian terbaru dari Washington University School of Medicine mengungkapkan, depresi sudah tidak mengenal usia lagi. Bahkan, yang tingkat berat sampai timbul keinginan untuk bunuh diri pun mulai dijumpai pada anak-anak. Menurut The National Mental Health Association, satu dari tiga anak di Amerika Serikat menderita depresi. Sedangkan di Indonesia, lagi-lagi, sulit didapatkan datanya.
(Baca juga: Bagaimana Mengembangkan Bakat Anak Sejak Dini?)
Menurut Dra. Suhati Kurniawati, psikolog perkembangan anak dari Lembaga Psikologi Terapan UI, ada dua penyebab depresi pada anak, yakni internal dan eksternal. Faktor internal bisa karena genetik atau kelainan biologik yang menyebabkan anak juga bisa mengalami depresi.
"Faktor riwayat keturunan ini menyumbang 50% peluang depresi pada anak," kata Iin yang telah dikaruniai tiga anak ini. Anak-anak yang orangtuanya menderita depresi, kemungkinan besar anaknya akan menderita depresi bila pemicunya muncul. Hal-hal yang berkontribusi pada timbulnya depresi pada anak itu di antaranya tidak mampu belajar, tidak mampu berkonsentrasi/hiperaktif, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan disleksia.
Sementara yang termasuk faktor eksternal (lingkungan) adalah penyimpangan interaksi keluarga dan kehidupan keluarga yang penuh dengan konflik. Kalau orangtua ribut terus, pada anak akan timbul rasa takut kehilangan orang-orang yang ia cintai. Kehilangan objek cinta, biasanya kasih sayang ibu, juga dapat menjadi penyebab terjadinya depresi pada anak. Kelahiran seorang adik yang menimbulkan ancaman kehilangan kasih sayang orangtua juga bisa berujung pada depresi pada anak.
(Baca juga: Orangtua Cerai, Anak Lebih Aman dengan Ibu)
"Kepergian ayah ke luar kota atau ke luar negeri dalam rangka tugas kantor juga dapat membuat anak merasa kehilangan. Jangan salah, kematian binatang kesayangan atau gara-gara kehilangan barang kecil pun anak juga bisa mengalami depresi," tegas alumni Fakultas Psikologi UI ini.
---
Tulisan ini ditulis oleh Nis Antari di Majalah Intisari edisi November 2006 dengan judul asli Diajak Bermain, Depresi Anak Meluntur.