Intisari-Online.com - Laki-laki yang punya banyak interaksi sosial seperti kegiatan keagamaan atau kegiatan bersama tetangga, cenderung memiliki risiko bunuh diri yang lebih rendah. Demikian hasil sebuah studi terbaru yang dilakukan Center for Global Health at Massachusetts General Hospital, Boston.
Sejak tahun 1990 sampai tahun 2010, kematian akibat bunuh diri meningkat di seluruh dunia. Pada tahun 2010, bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di Amerika Serikat.
(Baca juga: Jurus-jurus Mengatasi Stres Bekerja)
Banyak penelitian berfokus pada bagaimana kesehatan mental dan fisik mempengaruhi risiko bunuh diri. Untuk studi terbaru ini, peneliti menggunakan data kesehatan 34,901 laki-laki berusia 40-75 tahun yang sudah dikumpulkan sejak tahun 1988.
Para peneliti mengukur interaksi sosial responsen menggunakan serangkaian pertanyaan terkait status perkawinan, jumlah interaksi sosial, frekuensi interaksi sosial, dan partisipasi dengan kelompok sosial.
Peserta dipisahkan menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat interaksi sosialnya, lalu, peneliti melihat berapa banyak peserta yang bunuh diri pada Februari 2012.
Peneliti menemukan, ada sekitar empat kasus bunuh diri per 10.000 orang per tahun di kelompok yang pesertanya memiliki interaksi sosial paling rendah. Sedangkan pada kelompok yang pesertanya memiliki interaksi sosial paling tinggi, hanya ada 1,5 kasus bunuh diri per 10.000 orang per tahun.
(Baca juga: Lima Alasan Teman Membuat Anda Lebih Bahagia dan Sehat)
“Penelitian ini tidak berlaku bagi perempuan yang mungkin merespon masalah kehidupan berbeda dengan laki-laki,” kata Dr Alexander Tsai, penulis utama studi ini.
Untuk menekan risiko bunuh diri, diperlukan perubahan budaya, sehingga laki-laki yang mengalami depresi bisa nyaman bercerita dengan teman, keluarga, atau rekan kerja. (Reuters)