Anak Religius Sulit Bedakan Fakta dan Fiksi?

Moh Habib Asyhad

Editor

Anak Religius Sulit Bedakan Fakta dan Fiksi?
Anak Religius Sulit Bedakan Fakta dan Fiksi?

Intisari-Online.com -Sebuah riset yang diterbitkan di jurnal Science Cognitive menemukan, anak religius sulit bedakan fakta dan fiksi. Riset itu menyebut, paparan ajaran agama mempengaruhi kemampuan anak dalam membedakan mana yang kenyataan, mana yang fantasi.

Dalam penelitian yang digawangi oleh Kathleen H Corriveau dari School of Education Boston University ini, anak-anak berusia 5-6 tahun dibagi dalam 4 kelompok: yang belajar di sekolah umum dan ke geraja, belajar di sekolah umum tapi tidak ke gereja, di sekolah agama dan ke gereja, serta ke sekolah agama tetapi tidak ke gereja.(Baca: Otak Orang Beriman Mampu Cegah Depresi)

Masing-masing anak lantas diperkenalkan dengan tiga jenis cerita: cerita dari kitab suci, cerita fantasi yang penuh keajaiban, serta cerita yang realistis—unsur ilahi dan fantasi dihilangkan.

Selanjutnya, anak-anak tersebut diminta untuk menilai karakter protagonis dalam masing-masing cerita. Hasilnya, semua anak menyatakan, karakter protagonis nyata dalam cerita realistis, dan ini tidak mengejutkan. Yang mengejutkan, ketika dihadapkan pada kitab suci. Anak-anak memiliki peniliatan yang berbeda.

Anak yang belajar agama lebih banyak menilai karakter protagonis dalam cerita itu nyata, sementara anak yang tidak belajar agama menilai itu fiksi. Begitu juga ketika anak dihadapkan pada cerita fantasi; anak yang kurang terpapar pelajaran agama menilai tokoh protagonis beserta keajaiban dalam cerita itu fiksi.(Baca: Mitos, Takhayul, dan Keberuntungan)

Seperti dilansir oleh situs IFLScience.com, Corriveau menilai, anak religius sulit bedakan fakta dan fiksi. Peneliti mengakui bahwa faktor-faktor lain yang memengaruhi penilaian anak selain agama belum diperhitungkan dalam risetnya. Namun, ia beranggapan bahwa agama memang berperan penting.