Intisari-Online.com -Sering terdengar ungkapan begini: si sulung biasanya bertanggung jawab, si tengah kurang perhatian, si bungsu terlalu dimanja. Lalu ada juga orang bilang: sulung itu memimpin, tengah negosiator, bungsu periang dan pandai bergaul. Apakah benar demikian? Bedakah cara mendidik anak sulung, tengah, dan bungsu?
---
Dalam artikelnya di The Guardian yang berjudul “The Achiever, the Peacemaker and the Life of the Party: How Birth Order Affects Personality”, pakar parenting, dr. Gail Gross, membuat penggambaran dengan bernas karakter anak dalam sebuah urutan kelahiran saat merencanakan liburan.
Ketika hendak liburan, si sulung, menurut Gross, akan merencanakannya jauh hari, minimal seminggu. Mendaftar barang-barang yang akan dibawa, menyiapkannya di dalam kopor dengan rapi. Sementara si tengah baru akan menyiapkan semuanya di pagi sebelum berangkat. Baju dan makanan yang dibawa juga seperlunya. Jika ada kebutuhan yang kira-kira kurang, dia berharap bertemu mini market di tengah perjalanan.
“Mau liburan ya? Wah, menyenangkan sekali!” Itulah yang biasanya muncul dari mulut si bungsu ketika mendengar rencana liburan. Sepanjang jalan, ia lebih suka mendengarkan cerita-cerita lucu, menikmati stok makanan yang dibawa kakak-kakaknya. Saat sampai di lokasi, yang pertama kali terbesit di pikiran adalah belanja dan jajan.
Sekilas dapat disimpulkan: si sulung penuh perencanaan, si tengah kompromistis, dan si bungsu, asal senang. Meminjam istilah Gross, Si bungsu adalah “the life of the party”—hidup untuk senang-senang. Tapi apakah klasifikasi yang dibuat Gross bisa diterapkan pada semua anak sulung, tengah, dan bungsu?
Sebenarnya pengklasifikasian sifat atau kepribadian berdasarkan urutan kelahiran masih menjadi perdebatan hingga sekarang. Ada yang pro, ada yang tidak. Yang terjadi sampai sekarang masih bersifat stereotip. Begitu kira-kira yang dikemukanan oleh Mira D. Amir, psikolog anak di LPT UI, Jakarta.
“Tidak semua anak sulung bertanggung jawab, tidak semua anak tengah kurang perhatian, tidak semua anak bungsu dimanja. Ada situasi dan kondisi yang memungkinkan anak-anak tersebut tumbuh tidak seperti yang dipikir banyak orang,” ujar Mira.
Beberapa tokoh yang pro dengan pengklasifikasian sifat berdasar urutan kelahiran adalah Alfred Adler. Ia percaya, urutan kelahiran anak mempengaruhi cara dia menangani persoalan, pengambilan keputusan, komunikasi, dan cara bersosialisasi dengan orang lain. Misalnya, anak sulung memilihi kesadaran dan keramahan lebih baik dibandingkan dengan adik-adiknya.
Ada juga Frank Sulloway yang menulis buku Born to Rebel (1997). Menurut dia, anak yang lebih muda cenderung bersifat memberontak dan memiliki ide-ide yang baru dibandingkan dengan anak tertua. Itulah mengapa banyak yang percaya bahwa anak bungsu lebih kreatif.
Tapi apa yang dijabarkan oleh Adler dan Sulloway tidak selamanya benar. Mira menyebut, ada faktor lain yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Taruhlah ukuran keluarga, kondisi ekonomi, hingga kematian saudara di dalam keluarga. Jadi, adakah perbedaan cara mendidik anak sulung, tengah, dan bungsu? Semuanya masih pro dan kontra.