Terapi Bisa Dilakukan dengan Cara Shopping?

Monalisa Darwin D

Editor

Terapi Bisa Dilakukan dengan Cara Shopping?
Terapi Bisa Dilakukan dengan Cara Shopping?

Intisari-Online.com - Siapa yang tidak suka berbelanja atau shopping? Nyatanya, kegiatan shopping tidak selalu berarti pemborosan. Dalam bukunya, dr. Sintoso Pujianto mengatakan bahwa ada kepercayaan melakukan terapi dengan cara shopping dapat menyembuhkan rasa sedih, yaitu disebut “retail shopping”.

Kegiatan berbelanja atau shopping memang dapat menjadi terapi, namun tidak dalam arti yang sesungguhnya. Rasa sedih, misalnya akibat dari patah hati tidak akan selesai hanya dengan berbelanja. Bisa saja rasa sedih akan kembali muncul setelah kegiatan belanja selesai. Padahal, terapi berfungsi untuk menyelesaikan masalah.

Menurut ilmu psikologi, usaha untuk menyelesaikan masalah secara emosional disebut emotional coping strategy. Kemudian, ada juga problem coping strategy, dan spiritual coping strategy.

Memang ada yang berpendapat bahwa shopping dapat membuat perasaan menjadi senang atau gembira dan mengilangkan stres, rasa sedih, atau sakit. Emotional coping strategy bukan sesuatu yang jelek karena dapat menyeimbangkan emosi, namun masalah yang dialami harus tetap diselesaikan.

Manusia pada dasarnya ingin selalu memegang kendali kehidupannya. Maka dari itulah ketika berbelanja atau shopping, seseorang sedang keluar dari masalahnya dengan menciptakan harapan ke depan. Hal ini juga kemudian yang membuat mengapa belanja menyebabkan candu, karena menjanjikan sesuatu.

Sifat impulsif manusia bisa sudah ada sejak lahir atau karena faktor lingkungan. Ada orangtua yang sangat konsumtif, namun anaknya tidak.

Untuk alasan apapun, sebaiknya kita harus tetap pintar dalam berbelanja. Jangan hanya karena nafsu, kemudian kita menjadi lupa diri. Sudah pernahkah Anda mencoba terapi dengan cara shopping? (Nutrifood Research Center dalam “Buka Fakta 101 Mitos Kesehatan”. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama)