Benarkah Alergi ada Wanita Lebih Reaktif Dibandingkan Pria?

Gloria Fransisca

Editor

Benarkah Alergi ada Wanita Lebih Reaktif Dibandingkan Pria?
Benarkah Alergi ada Wanita Lebih Reaktif Dibandingkan Pria?

Intisari - Online.com - Bagi penderita alergi, atau hipersensitivitas adalah kondisi ketika tubuh bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang terbilang imunogenik atau dikatakan atopik. Nah, bahan-bahan yang menimbulkan reaksi berlebihan disebut alergen. Berdasarkan salah satu penelitian ternyata reaksi alergi pada wanita lebih kuat ketimbang reaksi alergi pada pria. Benarkah demikian?Sebuah hasil studi menjelaskan, wanita memiliki kecenderungan menderita sebuah reaksi alergi yang lebih para ketimbang laki-laki. Untungnya, dari hasil studi tersebut, peneliti mulai menemukan penyebabnya. Hasil studi lanjutan dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases menemukan dari uji coba tikus yang memiliki hormon estrogen (hormon kewanitaan penghasil sel telur) pasalnya meningkatkan aktivitas enzim yang menyebabkan reaksi alergi.

Ini menunjukkan hubungan reaksi yang terjadi selama anafilaksis, bahwasanya reaksi alergi juga dapat mengancam nyawa dan dapat pula dipicu oleh segala sesuatu, misalnya saja beberapa contoh alergen seperti selai kacang dan sengatan tawon.

Berikut adalah proses tubuh mengeluarkan reaksi atas alergen: sel kekebalan tubuh melepaskan enzim, dan enzim membuat pembengkakan pada jaringan dan pembuluh darah semakin luas. Dan selama pembuluh darah bereaksi, studi ini juga menemukan bahwa hormon estrogen meningkatkan aktivitas enzim yang sesuai alurnya; hasilnya dapat menurunkan tekanan darah dan mengalami pembengkakan.

Studi menunjukkan bahwa anafilaksis yang dialami tikus betina lebih parah dan tahan lama dibandingkan kepada laki-laki. Namun ketika aktivitas itu enzim (endotel oksida nitrat sintase, atau eNOS) terhambat atau ketika estrogen terhambat juga maka tikus betina mengalami reaksi yang parah.

Selanjutnya perlu dilakukan lagi penelitian yang menjawab apakah penjelasan serupa yang terjadi pada tikus berlaku pula pada manusia. Sebagai contoh, apabila seorang wanita mengalami masalah alergi yang cukup parah, maka ia harus membiarkan dokter memeriksa dan mengetahui. Sehingga dapat disarankan, apakah dia membutuhkan pengendalian kelahiran sehingga setiap asosiasi hormonal mungkin dapat dipertimbangkan.Sumber: www.foxnews.com