Intisari-online.com – Bayangkan batang kayu yang digerogoti kawanan rayap. Secara perlahan, batang kokoh itu akan rontok menjadi butiran serupa pasir dan akhirnya patah. Kira-kira seperti itulah gambaran ketika osteoporosis menghampiri tulang Anda.
“Pada tahap lanjut, punggung bagian bawah akan terasa nyeri, tinggi badan memendek, postur tubuh melengkung, dan tulang jadi sangat rapuh,” ujar dr. Carmelita Ridwan, MSc, pakar gizi klinis dari Klinik Primavita, Jakarta.
Hingga kini, belum ada terapi yang dapat mengembalikan tulang ke kondisi 100% prima. Makanya, pencegahan sangat penting dilakukan. Tetapi, jangan tunggu hingga Anda meniup lilin ulang tahun ke-60, apalagi jika Anda termasuk dalam kategori orang dengan risiko osteoporosis. Menurut National Institute of Health, AS, inilah yang mempengaruhi tinggi rendahnya risiko osteoporosis:
1. Jenis kelamin
Dibandingkan pria, wanita lebih rentan, 90% wanita mengalami masa jaya kepadatan tulang pada usia 18 tahun. Setelah usia 30 hingga menopause, kepadatan tulang umumnya berkurang seiring dengan penurunan kadar estrogen yang merupakan salah satu bahan pokok tulang kuat.
2. Ras
Kali ini, wanita berkulit hitamlah juaranya. Tulang mereka lebih padat daripada wanita Kaukasia dan Asia.
3. Aktivitas fisik
Tubuh harus digerakkan. Tetapi, kalau berlebihan hingga lemak tubuh menipis (indeks massa tubuh
4. Gaya hidup
Merokok dan terlalu banyak minum alkohol tidak akan membuat Anda terlihat cool. Kandungan kimia di dalamnya justru mengganggu hormon pembentuk tulang. Batasi juga asupan kafein dan garam ke dalam tubuh Anda. Terlalu banyak garam dapat menurunkan kemampuan tubuh menyerap mineral. Sedangkan kafein, akan membuat kalsium cepat-cepat meluncur keluar bersama air seni sebelum diserap oleh tubuh.
5. Nutrisi
Ingin langsing, boleh saja. Tetapi, kalau salah diet, bisa-bisa Anda terserang osteopenia (penurunan kepadatan tulang yang bisa berlanjut menjadi osteoporosis) di usia pertengahan 30. Pastikan Anda tetap memenuhi kebutuhan kalsium dan protein dengan mengonsumsi sayur, kacang, daging tanpa lemak, dan tentunya susu. (WomensHealth.co.id)
Penulis | : | Nadia Mardatilla Arif |
Editor | : | Nadia Mardatilla Arif |
KOMENTAR