Pengalaman Traumatis Meningkatkan Resiko Penyakit Jantung dan Stroke Pada Wanita

Lintang Bestari

Editor

Pengalaman Traumatis Meningkatkan Resiko Penyakit Jantung dan Stroke Pada Wanita
Pengalaman Traumatis Meningkatkan Resiko Penyakit Jantung dan Stroke Pada Wanita

Intisari-Online.com -Sebuah penelitian terbaru mengatakan bahwa wanita yang mengalami pengalaman traumatis memiliki resiko penyakit jantung dan stroke hingga 60%.

Para peneliti mengatakan, fenomena tersebut adalah yang paling terburuk dibanding gangguan traumatis lainnya (PTSD). Artinya, kondisi tersebut sangat mematikan baik untuk fisik maupun mental. Studi ini merupakan yang terbesar karena melibatkan 50.000 partisipan selama 20 tahun. Pernah ada penelitian sebelumnya yang mencari hubungan antara PTSD dengan penyakit kardiovaskular telah melibatkan para pria yang ikut perang atau pernah mengalami bencana.

PTSD pada wanita dapat terjadi karena memiliki pengalaman buruk dari bencana alam, kecelakaan, atau menjadi korban kekerasan dan perkosaan. Pengalaman tersebut bisa menimbulkan kilas balik, insomnia, kelelahan, mati rasa, kesulitan dengan memori dan konsentrasi serta sering mimpi buruk dan terkejut dengan mudah.

Studi pada wanita berusia di bawah 65 tahun ini menyatakan bahwa mereka yang memiliki empat atau lebih gejala di atas memiliki 60% resiko penyakitkardiovaskular dibandingkan para wanita yang tidak mengalami kejadian traumatis dalam hidupnya.

Hubungan antara PTSD penyakit kardiovaskuler hampir setengahnya dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, obesitas, kurang olahraga serta faktor kesehatan seperti tekanan darah tinggi. “PTSD merupakan masalah psikologis, tapi dari hasil penemuan kami diketahui juga bahwa hal tersebut berdampak pada kesehatan fisik, terutama penyakit kardiovaskuler,” terang Dr. Jennifer Sumner, dari Columbia University.

Ia menambahkan, para dokter seharusnya tahu kaitan keduanya dan menyarankan pasiennya untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat sehingga menurunkan resikonya. “Ini bukan hanya masalah mental – tapi juga membunuh tubuh secara perlahan,” kata Jennifer. (mirror.co.uk)