Intisari-Online.com - Penyebab umum seseorang menderita buta warna adalah karena faktor keturunan. Biasanya ini terjadi pada kedua mata, namun tidak memburuk seiring bertambahnya usia. Buta warna lebih banyak dialami pria dibandingkan wanita, dengan persentase laki-laki 5-8% dan perempuan hanya 0,5%. Dan untuk kita ketahui, ternyata ada dua tipe penyakit buta warna yang dapat terjadi pada seseorang.
Faktor nonketurunan juga dapat menjadi penyebab seseorang terkena penyakit buta warna. Hal ini terjadi biasanya dikarenakan kelainan pada retina dan otak, yang disebabkan karena kecelakaan atau trauma. Selain itu juga bisa disebabkan defisiensi warna tipe achromatopsia sentral dan ini terjadi karena hilangnya penglihatan warna karena gangguan pada sistem saraf pusat.
Defisiensi warna bisa juga disebabkan oleh infeksi pada masa kehamilan, seperti akibat serangan toksoplasma, yang menyebabkan kecacatan pada mata bayi. Umumnya, kelainan ini terjadi hanya pada salah satu mata dan dapat memburuk seiring berjalannya waktu.
Sel-sel fotoreseptor dapat rusak jika terpapar radiasi sinar ultraviolet, contohnya ketika kita bekerja di bawah paparan sinar matahari tanpa pelindung mata. Gejala awalnya adalah warna yang dilihat menjadi pudar hingga menjadi kelabu. Gejala yang parah adalah penderita tidak bisa meyebutkan warna walaupun mereka masih dapat mengenali warna dengan cara mencocokkannya dengan warna yang sama.
Kita dapat mengetahui seseorang terkena buta warna atau tidak dengan uji klinis sederhana, tes Ishihara. Metode ini digunakan untuk menetukan dengan cepat suatu kelainan defisiensi warna. Cara ini dapat dilakukan di klinik-klinik pengobatan umum.
Hingga kini belum ditemukan cara pengobatan mengenai gangguan persepsi warna, namun penderita dapat mengasosiasikan warna dengan objek tertentu. Meski ada dua tipe penyakit buta warna, tapi jenis buta warna total jarang sekali ditemukan. (dr. Sintoso Pujianto dalam “Sehat itu enak dan perlu”. Penerbit: Penerbit Buku Kompas)