Intisari-Online.com - Dalam gangguan pendengaran, jika seseorang tak dapat mendengar maka ia akan sulit untuk berbicara. Gangguan pendengaran pada bayi dan anak akan berdampak pada proses bicaranya. Pendengaran yang normal menjadi modal penting untuk anak dapat bicara. Namun, ketika seseorang tak dapat bicara belum tentu tak dapat mendengar.
Gangguan pendengaran yang paling ditakutkan adalah gangguan pendengaran yang berhubungan dengan saraf (perseptif), karena tidak dapat diperbaiki. Sedangkan gangguan pendengaran nonsaraf (konduktif), masih dapat diperbaiki. Biasanya ini terjadi karena posisi yang salah saat menyusui. Posisi yang salah dapat menutup saluran tuba (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan tenggorok), sehingga bayi mengalami gangguan telinga bagian tengah.
Cara paling sederhana untuk mengetahui anak mengalami gangguan pendengaran atau tidak adalah dengan melakukan tes terhadap reaksi bunyi. Kemudian, untuk memastikan apakah gangguan pendengaran berkaitan dengan saraf atau nonsaraf, dapat dilakukan dengan memeriksakan anak dengan cara Skrining, Otoacaustic Emission (OAE), tes Brainstem Evated Response Audiometry (BERA) atau Auditory Steady State Response (ASSR). Masih ada beberapa tes lain yang dilakukan.
Ketika bayi atau anak menunjukkan tanda-tanda gangguan pendengaran, segeralah untuk memeriksakannya ke dokter agar dapat ditangani dengan cepat sesuai dengan tes yang tepat untuk si anak.
Nah, itulah mengapa tak mendengar maka tak dapat bicara, dan tak dapat bicara belum tentu tak dapat mendengar. Jadi, pendengaran normal merupakan modal untuk seseorang dapat belajar berbicara. (dr. Sintoso Pujianto dalam “Sehat itu enak dan perlu”. Penerbit: Penerbit Buku Kompas)