Intisari-Online.com - “Berikan seribu kecerdasan kepada orang bebal, tetapi satu-satunya yang dia inginkan adalah kecerdasanmu,” demikian kata sebuah pepatah Arab.
Ketika mulai menanam sebuah kebun kehidupan kita, kita menoleh dan melihat tetangga kita ada di sana, sedang mengintai.
Dia sendiri tidak sanggup menumbuhkan apa pun, tetapi dia suka sekali memberi saran tentanng kapan mesti menabur tindakan, kapan mesti memupuk berbagai pikiran, dan kapan mesti menyirami kesuksesan-kesuksesan.
Kalau kita dengarkan perkataan si tetangga ini, pada akhirnya kita jadi bekerja untuknya, maka kebun kehidupan kita akan merupakan buah pikiran si tetangga.
Pada akhirnya, kita pun lupa tentang tanah yang telah kita semai dengan begitu banyak peluh dan telah kita pupuk dengan begitu banyak berkah.
Kita tak ingat lagi bahwa setiap jengkal tanah itu memiliki misteri-misteri sendiri, yang hanya bisa diuraikan oleh tangan penyabar si tukang kebun.
Kita juga tidak lagi menaruh perhatian kepada matahari, hujan, dan perhatian pada kepala si tetangga yang mengintai dari balik pagar tanaman.
Orang bodoh yang suka sekali memberi nasihat tentang kebun kita, sebenarnya justru tidak pernah mengurus tanaman-tanamannya sendiri. (Paulo Coelho dalam "Seperti Sungai yang Mengalir". Penerbit: Gramedia Pustaka Utama)