Intisari-Online.com – Masalah tertentu terkadang membuat kita begitu tegang. Pembuluh darah kita mencapai titik yang bisa meledakkannya. Paling sering adalah badan kita mulai gemetar. Jantung berdenyut begitu keras bahkan orang yang berdiri dekat kita pun bisa mendengar detak jantung kita. Kita mengalami ketakutan yang luar biasa, bahkan tidak bisa dijelaskan mengapa seolah-olah kita tenggelam dalam lautan kegelapan. Semua ini adalah karena ketegangan.
Banyak sekali, ketegangan yang terjadi karena hal-hal yang sepele. Berikut ini contohnya.
Seorang profesor dipindahkan ke univeritas lain. Untuk menghantar kepergiannya, empat dari rekan-rekannya mengantarnya ke stasiun. Karena merasa masih ada waktu hingga keberangkatan kereta apinya, profesor itu bercakap-cakap dengan rekannya. Mereka begitu asyik dalam percakapan hingga mereka tidak menyadari bahwa kereta mulai bergerak.
Tiba-tiba karena bingung, mereka memutuskan untuk melompat ke dalam kereta. Mereka berempat berjuang untuk dapat masuk ke dalam gerbong kereta. Mereka tidak lagi mengindahkan barang-barang bawaan.
Tapi, profesor yang memegang barang bawaan di tangannya tidak bisa ikut naik ke kereta. Seorang petugas di stasiun itu menghiburnya, “Jangan khawatir, Pak. Dalam sepuluh menit kereta berikutnya akan datang. Anda bisa naik kereta tersebut.”
Profesor itu menjawab, “Aku tahu kalau bakalan ada kereta lain yang lewat sepuluh menit lagi. Aku tidak mengkhawatirkan diriku sendiri. Yang kukhawatirkan adalah teman-temanku. Mereka ke stasiun ini hanya untuk mengantarku. Sebuah kesalahan kalau justru mereka yang naik kereta!”
Inilah bagaimana ketegangan dan kegelisahan membuat kita kehilangan jejak masalah yang sebenarnya sederhana. Ketika kita tegang, tidak peduli seberapa keras kita bekerja untuk menyelesaikan beberapa tugas, namun hasilnya akan menjadi nol.
Bagaimana agar tenang?
Hanya dengan menjadi saksi dari pengalaman kita. Jangan mengidentifikasi mereka. Lihatlah sebagai awan di langit kesadaran kita. Pikiran akan datang dan pergi, tetapi kita tidak datang dan pergi. Kita hanyalah saksi. Kemudian misteri ketenangan pun terjadi.