Terlena oleh Pujian

Birgitta Ajeng

Editor

Terlena oleh Pujian
Terlena oleh Pujian

Intisari-Online.com - Seekor gagak muda sedang terbang dalam perjalanan pulang. Tiba-tiba ia melihat jendela rumah penduduk yang terbuka. Lewat jendela yang terbuka itu, ia melihat potongan daging besar di atas meja makan. Ia menukik dan menyambarnya, dan membawanya terbang. Sejenak ia beristirahat di atas dahan pohon cemara.Hari beranjak menjelang senja. Seekor rubah muncul dari semak-semak. Ia sangat lapar dan sedang berburu mencari mangsa. Ia memandang ke atas dan melihat burung gagak yang membawa daging di paruhnya.Rubah membuat rencana agar bisa mendapatkan daging itu. Ia duduk menempel pada pohon cemara, sambil mengelus-elus janggutnya. Ia tetap memandang burung gagak itu, lalu mulai mengajaknya bicara dengan penuh pujian, "Betapa cantiknya makhluk yang duduk di atasku ini. Baru kali ini aku melihatnya. Matanya bersinar. Indah bulunya. Kakinya bagus."(Baca juga: Sindrom Niagara)Sejenak rubah diam dan menghela napas, sambil tetap berpikir-pikir untuk melontarkan kata pujian. Si gagak menelan semua pujian itu dan membusungkan dadanya. Merasa bangga. Rubah mengulum-ulum lidahnya dan mulai bicara lagi, "Engkau memang selayaknya menjadi gagak yang cantik. Akan lebih sempurna lagi bila engkau juga mempunyai suara yang merdu. Namun aku mendengar, gagak-gagak itu bila membuka paruh mereka, bunyinya aneh. Aku yakin, engkau berbeda dengan mereka. Dapatkah engkau bernyanyi untukku. Satu irama lagu saja. Mungkin kita bisa bernyanyi duet dan bernyanyi bersama."Si gagak segera lupa diri. Ia tidak bisa lagi tinggal diam. Ia perlu menunjukkan suaranya yang bagus, seindah wajah dan bentuknya. Maka, dengan melupakan daging yang ada di paruhnya, ia membuka mulutnya selebar-lebarnya dan mulai bernyanyi, "Kauw... Kauw... Kauw...!" Itulah suaranya. Dan saat itu juga jatuhlah potongan daging si gagak dan masuk ke mulut rubah.(Sumber: Buku NATO: No Action Talk Only)

slide 8 to 10 of 6