Intisari-Online.com – Ada sebuah pion yang ingin mandiri. Ia sedih, dan merasa kesal terhadap keterbatasannya. "Aturan-aturan ini itu yang sangat tidak adil," gerutu pion kecil itu. Ia hanya bisa bergerak maju, dan kemudian hanya satu ruang pada suatu waktu, kecuali untuk langkah pertamanya.
Selain itu, keluh pion itu, ia tidak bisa menyerang lawan langsung di depannya, atau di sampingnya, atau di belakangnya. Ia hanya bisa menyerang di sudut depan ke kanan atau kiri. Ini benar-benar tidak adil.
Bagaimana pion kecil mau menjadi raja atau kesatria. Kadang-kadang, ia ingin menjadi sebuah benteng. Kadang menjengkelkan harus dihubungkan dengan pion lain untuk memiliki sebuah kekuatan. Pion kecil ingin mampu berdiri sendiri dan berpengaruh pada permainan, bukannya sekali pakai, pion hina.
(Baca juga: Kunci Hidup Menjadi Pemenang)
Saat permainan berlangsung, pion kecil maju dan maju. Ia membantu timnya dengan bertahan pada tempatnya. Karena dirinya yang hina, tidak ada apapun yang kuat di tim lawan peduli harus dikorbankan untuk pion belaka. Itulah kekuatannya! Musuh tidak akan menyerang pion kecil karena takut rugi.
Akhirnya, pion kecil berdiri di peringkat ke-7. Tiba, tiba, pemain catur itu berkata kepada pion kecil, Engkaulah sekarang yang akan membawa kemenangan bagi tim ini. Untuk semua buah catur di papan, meski tidak penting, pion hina memiliki potensi untuk menjadi terkuat dari mereka semua, Ratu!
Kita semua seperti pion. Dalam sebuah peristiwa yang lebih besar dari dunia dan sejarah, kita tidak penting. Dan, kita semua bersandar pada sesuatu. Beberapa bersandar pada alkohol. Beberapa bersandar pada harta benda. Beberapa bersandar kepada obat terlarang.
(Baca juga: Jadilah Pemenang untuk Diri Sendiri)
Tetapi, untuk menjadi pemenang dalam kehidupan ini, satu-satunya tempat untuk bersandar adalah Tuhan. Damai Tuhan akan ditemukan dalam memenuhi tujuanNya untuk hidup kita: keadilan, mencintai, kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati.