Manusia Tanpa Rasa Kemanusiaan

K. Tatik Wardayati

Editor

Manusia Tanpa Rasa Kemanusiaan
Manusia Tanpa Rasa Kemanusiaan

Intisari-Online.com – Sekali waktu, seorang pria melewati hutan. Ia melihat monyet dan tertarik untuk itu. Ia memanggil monyet dan dengat terkejut, monyet itu datang mendekatinya. Pria itu mengatakan kepada monyet itu bahwa mereka satu leluhur sehingga mereka harus bersahabat. Dengan berbagai jenis gerakan, pria itu mampu membangun persahabatan.

Pria itu sebenarnya hanya mencoba membunuh waktu dengan monyet itu saat melintasi hutan.

Tiba-tiba tanpa diduga, seekor singa mengaum keras dan seakan menerkam di depan mereka. Mereka tak punya waktu untuk melarikan diri. Monyet itu berlari dan pria itu mengikutinya. Mereka menemukan sebuah pohon yang sangat besar dan segera memanjatnya. Meskipun terengah-engah, mereka tidak berhenti naik sampai ke ketinggian yang aman. Singa terus mondar-mandir di bawah pohon, berharap bisa menangkap mereka ketika turun. Singat marah dan lapar itu menunggu mangsanya hingga duduk di bawah pohon.

Pria itu bertahan pada salah satu cabang yang kuat, sementara monyet duduk di cabang yang biasa saja, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Setelah menunggu lama, singa kehilangan kesabaran dan mengusulkan untuk membiarkan salah satu dari mereka bebas jika yang lain diberikan kepadanya sebagai santapannya. Pria dan monyet itu berdiskusi. Mereka menawarkan untuk mengorbankan nyawa mereka satu sama lain, tetapi akhirnya mereka akan hidup dan mati bersama-sama. Singa kecewa, tapi tidak bisa dinasihati. Ia melanjutkan berjaga di bawah pohon.

Lama-kelamaan, monyet dan pria itu mengantuk. Mereka dihadapkan pada bahaya jatuh bila tertidur di pohon. Akhirnya mereka sepakat untuk bergiliran untuk tidur. Monyet akan duduk berjaga saat pria itu tidur dan sebaliknya. Setelah diundi, giliran pria itu tidur lebih dahulu, sementara monyet berjaga. Tiba giliran monyet tidur, pria itu berjaga.

Saat monyet itu tertidur pulas, pria itu berpikir, jika ia menyerahkan monyet kepada singat, seperti yang dijanjikan singa, mungkin ia akan bebas dari ancaman. Segera ia bertindak. Saat monyet itu terlelap, pria itu mendorongnya. Namun, karena sudah terbiasa dengan hal demikian, monyet itu segera menangkap cabang lain dan kembali ke tempatnya dalam sekejap.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, monyet itu kembali tidur seolah-olah tidak ada yang terjadi. Keesokan paginya, monyet mengajak pria itu untuk menyelamatkan diri, sementara singa masih berkeliaran di bawah pohon.

Ketika mereka sampai di tempat yang lebih aman, monyet mengatakan kepada pria itu, “Jangan bilang kalau monyet adalah nenek moyang manusia.”

Manusia tanpa rasa kemanusiaan lebih rendah daripada binatang!