Intisari-Online.com – Albert Payson Terhune, penulis anjing terkenal tahun 1920-an dan 1930-an yang menulis buku-buku Lassie, sering menceritakan kisah tentang temannya Wilson, yang menggambarkan cinta mendalam antara orang-orang dan anjing. Ia menunjukkan bagaimana kadang-kadang apa yang tampaknya berada dalam kepentingan terbaik dari semua pihak, mungkin tidak berlaku ketika salah satu dari mereka yang peduli adalah anjing.
Anjing Wilson, Jack, seekor anjing energik, jenis anjing collie berumur enam tahun yang bertemu setiap hari di stasiun kereta ketika Wilson kembali dari tempat bekerja. Ritual ini dimulai dari anjing Jack, yang tahu rute ke dan dari stasiun dan mengikuti rute tuannya. Jadi, ketika Wilson berganti pekerjaan dan harus pindah ke California, ia berpikir lebih baik meninggalkan Jack di kandang rumahnya di Philadelphia. Ia menjelaskan kepada anjingnya dan mengatakan kepadanya bahwa mereka berdua harus menyesuaikan diri dengan rumah baru.
Tapi rupanya Jack tidak ingin punya rumah baru. Ia tidak akan tinggal dengan keluarga barunya. Jadi ia kembali ke rumah tua Wilson, ia melewati harinya dengan duduk di samping kursi di serambi rumah. Setiap malam, ia menggoyang-goyangkan ekornya, berlari ke stasiun kereta. Biasanya, Wilson selalu mengambil jadwal kereta yang sama setiap kali pulang dari kerja, dan Jack selalu menyambutnya. Tapi malam itu, tidak ada tanda-tanda tuan dari anjing setia itu.
Bingung dan sedih, anjing itu kembali sendirian di rumah kosong itu.
Anjing itu terlihat depresi. Ia menolak makanan yang diberikan kepadanya, dan hari-hari berlalu, badannya semakin kurus, tulang rusuknya bahkan hampir kelihatan. Tapi setiap malam, dengan penuh harap, ia akan pergi ke stasiun, menunggu kereta yang sama. Dan setiap malam pula, ia akan kembali ke teras rumah kosong itu dengan semakin lebih putus asa dibanding sebelumnya.
Tidak ada yang tahu mengapa keluarga baru Jack tidak menghubunghi Wilson, tapi kondisi yang memburuk dari Jack tidak luput dari perhatian. Seorang teman yang tinggal di dekatnya begitu marah melihat kondisi itu kemudian mengirim telegram kepada Wilson di California, memberitahukan situasi anjing tersebut.
Wilson yang diberitahu temannya kemudian membeli tiket kereta api untuk bisa kembali segera; ia tahu apa yang harus dilakukannya. Setelah tiba di Philadelphia, ia menunggu beberapa jam hanya untuk mengambil jam kereta yang sama yang selalu ia lakukan saat ia pulang ke rumah. Ketika tiba di stasiun, tentu saja, ada Jack yang menunggu dan selalu melihat setiap penumpang yang turun. Mencari dan berharap. Dan ketika dilihat olehnya, sang tuan, ah tuannya kembali padanya akhirnya!
Wilson kemudian mengatakan kepada Terhune, “Jack menangis hampir seperti seorang anak kecil. Badannya bergetar seperti orang yang kedinginan. Dan saya? Yah, saya hanya bisa mengusap hidung saya dan banyak berkedip.”
Akhirnya Wilson pun mengajak anjing setianya itu, Jack, kembali ke California. Mereka tidak pernah terpisahkan lagi.