Intisari-Online.com – Seekor gagak tinggal di hutan dan ia benar-benar merasa puas dalam hidupnya. Ketika suatu hari ia melihat angsa, ia berpikir, “Angsa ini sangat putih, dan saya sangat hitam. Angsa ini pasti menjadi burung paling bahagia di dunia.”
Ia mengungkapkan pikirannya kepada angsa. “Sebenarnya,” jawab angsa, “Saya merasa bahwa saya adalah burung paling bahagia sampai aku melihat burung beo, yang memiliki dua warna. Saya sekarang berpikir bahwa burung beo adalah burung paling bahagia dalam penciptaan.”
Gagak kemudian mendekati burung beo. Burung beo menjelaskan, “Saya menjalani kehidupan yang sangat bahagia sampai saya melihat burung merak. Saya hanya memiliki dua warna, tetapi merak memiliki beberapa warna pada bulunya.”
Burung gagak kemudian mengunjungi merak di kebun binatang dan melihat bahwa ratusan orang telah berkumpul untuk melihatnya. Setelah orang-orang itu meninggalkan burung merak, gagak pun mendekati merak.
“Hai, merak,” kata gagak. “Anda begitu indah. Setiap hari ribuan orang datang untuk melihatmu. Ketika orang melihat saya, mereka segera mengusir saya. Saya pikir Andalah burung paling bahagia di planet ini.”
Merak itu menjawab, “Saya selalu berpikir bahwa sayalah burung paling indah dan bahagia di planet ini. Namun karena kecantikan saya ini, saya malahan terjebak di kebun binatang ini. Saya telah memeriksa kebun binatang dengan hati-hati, dan saya menyadari bahwa burung gagak adalah burung yang tidak berada di dalam sangkar. Jadi selama beberapa hari terakhir ini saya telah berpikir, seandainya saya gagak, saya akan dengan senang hati bisa berkeliaran di mana-mana.”
Demikianlah masalah yang kita hadapi juga. Kita selalu membuat perbandingkan yang tidak perlu dengan orang lain dan merasa sedih. Kita tidak menghargai apa yang telah Tuhan berikan bagi kita.
Mari kita belajar untuk menjadi bahagia atas apa yang kita miliki, bukannya melihat apa yang tidak kita miliki. Mereka yang puas dengan apa yang dimilikinya, adalah orang paling bahagia di dunia.