Berbuat Baik juga Tidak Selalu Baik

K. Tatik Wardayati

Editor

Berbuat Baik juga Tidak Selalu Baik
Berbuat Baik juga Tidak Selalu Baik

Intisari-Online.com – Tayangan CNN membuat sedikit tercengang perihal seorang pria di Amerika Serikat didenda hampir Rp 3,5 juta hanya gara-gara memberi 1 dolar kepada gelandangan di tepi jalan. Namun setelah menyimak lebih lanjut rasanya kita bisa menerima dan mengerti permasalahannya. Di pengadilan John Davis yang kena denda itu pertama dituduh membuang sampah sembarangan. Davis membela diri bahwa uang bukanlah sampah. Benar juga dan tuduhan itu dibatalkan. Akhirnya ia didakwa bersalah karena memberi uang di pinggir jalan yang hal itu dilarang keras oleh undang-undang. Alasannya bisa berbahaya untuk dirinya sendiri, gelandangan itu dan pengendara lain. Davis menerima hal ini dan bersedia membayar denda. Di penutup sidang dia masih sempat berseloroh dengan mengatakan, “Saya senang karena didenda bukan lantaran membuang sampah tetapi karena berbuat baik.” Memang benar bahwa berbuat baik itu tidak selalu baik. Bila kita menilik fakta sehari-hari yang kerap terjadi, khususnya dalam keluarga-keluarga. Banyak orangtua gagal mendidik anak karena mereka sering menyenangkan dan bukan mendidik. Orangtua kerap memanjakan anak-anak dengan memberi semua permintaan anak-anak mereka. Kebaikan yang kurang bijaksana itu justru menjadi racun untuk mereka. Kebutuhan dasar anak-anak sebenarnya terutama bukan materi segala tetapi kasih sayang, perhatian dan kehadiran. Banyak orangtua berprinsip bahwa dengan memberi sebanyak-banyaknya mereka telah sempurna dalam perhatian dan tanggung jawab namun mereka lupa memberi “sesuatu” untuk mengisi hati dan pikiran mereka yakni kasih sayang. Anak-anak lapar akan kasih sayang dan haus akan kehadiran. Tetapi “kelaparan dan kehausan” ini kerap terabaikan karena kesibukan para orang tua atau salah memberi pendidikan yang bijaksana dan benar. Maka ketika orangtua melihat bahwa anak-anaknya tidak seperti yang mereka harapkan, dalam kekecewaan mereka sering mengatakan, “Kebaikan apalagi yang harus saya berikan untukmu. Apa permintaanmu selalu aku penuhi dan banyak biaya telah habis hanya untukmu, namun semua sia-sia.” Orang bijak mengatakan kalau kita mau membantu orang lain janganlah bantu dengan memberi makanan tetapi bantulah dia bagaimana dia bisa bertahan hidup. Bisa kita aplikasikan secara sederhana. Kalau kita mau menunjukkan kebaikan kepada anak janganlah racuni mereka dengan memberi kelimpahan materi tetapi berilah dia ajaran dan pendidikan yang mencerahkan pikiran, mental dan kepribadiannya sehingga di mana pun dan ke mana pun mereka melangkah akan tetapi eksis dan bertahan untuk hidup. Intinya berilah pendidikan untuk hidup dan bukan kebaikan untuk menyenangkan dan memanjakan. Karena itu janganlah melulu memberi tetapi kadang kita perlu “menantang dan mencambuk” anak-anak supaya mereka menjadi pribadi yang tahu berpikir dan bertanggugjawab. Kadang marah pun perlu karena itu adalah salah satu wujud kasih sayang dan juga dengan kemarahan itu anak-anak ditempa bahwa hidup bukanlah selalu enak. Hidup bukanlah selalu sesuai dengan keinginan mereka. (BMSPS)