Intisari-Online.com – Hari Thanksgiving semakin dekat. Guru kelas satu memberi tugas yang menyenangkan, yaitu menggambar sesuatu yang mereka syukuri.
Sebagian besar kelas mungkin dianggap kurang mampu secara ekonomi, tetapi masih banyak yang akan merayakan liburan ke Turki dan tempat lain. Guru ini berpikir bahwa ini menjadi subyek dari sebagian besar siswanya.
Tapi Douglas membuat gambar yang berbeda. Douglas ini berbeda dari anak laki-laki yang lain. Ia adalah seorang anak yang penuh penderitaan, lemah, dan tidak bahagia. Anak-anak lain yang bermain saat istirahat, maka Douglas hanya berdiri dekat di sisi gurunya. Mungkin yang melihatnya hanya menebak rasa sakit Douglas karena matanya terlihat sedih.
Ya, fotonya berbeda. Ketika diminta untuk menggambar sesuatu yang ia syukuri, ia membuat sebuah tangan. Tidak ada yang lain. Hanya tangan kosong.
Anak-anak lain menggambar imajinasi secara abstrak. Tapi tangan yang satu itu? Seorang anak menduga itu adalah tangan petani yang juga beternak kalkun. Lain anak lagi menduga itu tangan polisi, karena polisi melindungi dan merawat orang-orang. Yang lain menduga itu adalah tangan Tuhan, karena Tuhan memberi kita makan. Diskusi pun berakhir, sampai guru itu lupa dengan pembuatnya.
Ketika anak-anak telah beranjak ke tugas lainnya, guru itu berhenti di meja Douglas, membungkuk, dan bertanya tangan siapakah itu.
Anak kecil itu memalingkan muda dan bergumam, “Ini milikmu, Guru.”
Guru itu mengingat kembali saat ia menggandeng tangan muridnya itu dan berjalan dengannya entah di mana, karena ia punya siswa lain. Ia mengingat kembali seberapa sering ia harus berkata, “Pegang tanganku, Douglas, kita akan pergi ke luar.” Atau, “Mari saya tunjukkan cara memegang pensilmu.” Atau, “Mari kita lakukan ini bersama-sama.” Douglas rupanya yang paling bersyukur atas tangan gurunya itu.
Setelah menyeka air matanya, guru itu memeluk Douglas dan melanjutkan pekerjaannya.
Kisah tersebut bercerita lebih dari syukur. Anak itu mengatakan sesuatu tentang bagaimana gurunya mengajar, orang tua asuhnya, dan teman-temannya yang menunjukkan persahabatan, dan begitu banyak artinya bagi orang seperti Douglas. Mereka mungkin tidak selalu bisa mengucapkan terima kasih. Tapi mereka akan ingat tangan yang pernah menjangkau mereka.