Intisari-Online.com – Louise Redden, seorang wanita berpakaian buruk dengan ekspresi kekalahan di wajahnya, masuk ke sebuah toko kelontong. Ia mendekati pemiliki toko dengan cara yang paling rendah hati dan bertanya apakah ia boleh meminta beberapa bahan makanan. Ia dengan lembut menjelaskan bahwa suaminya sakit dan tidak mampu lagi bekerja, sementara mereka memiliki tujuh anak yang membutuhkan makanan.
John Longhouse, pemiliki toko kelontong, mengejek dan memintanya agar wanita itu meninggalkan tokonya.
Sambil menggambarkan kebutuhan keluarganya, wanita itu berkata, “Tolong, Pak, saya akan membawa uang untuk Anda segera setelah saya bisa.”
John mengatakan ia tidak bisa memberikan utang, karena wanita itu tidak memiliki saham di tokonya.
Berdiri di samping meja, seorang pelanggan mendengar percakapan antara keduanya. Pelanggan itu berjalan menghampiri mereka dan mengatakan kepada pemilik toko kelontong itu bahwa ia akan membayar semua yang dibutuhkan untuk keluarga wanita itu.
Pemiliki toko kelontong berkata dengan suara sangat enggan, “Apakah Anda memiliki daftar belanjaan?”
Louise menjawab, “Ya, Pak.”
“Baiklah,” katanya, “tempatkan daftar belanjaanmu pada timbangan dan apa pun yang masuk dalam daftar belanjaanmu, bila belum seimbang, saya akan menambahkan barang-barang yang ada di toko ini.”
Louise, ragu-ragu sejenak dengan kepala tertunduk, lalu ia merogoh dompetnya dan mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan sesuatu di atasnya. Ia kemudian meletakkan kertas itu pada timbangan dengan hati-hati dan kepalanya masih tertunduk.
Mata pemilik toko kelontong dan pelanggan itu menunjukkan takjub ketika timbangan turun dan turun terus. Masih sambil menatap timbangan, pemilik toko itu berbalik perlahan kepada pelanggannya dan berkata, “Aku tidak percaya itu.”
Pelanggan itu tersenyum dan pemiliki toko kelontong itu pun mulai memasukkan barang belanjaan di sisi lain timbangan. Timbangan itu masih tidak seimbang sehingga pemilik toko kelontong itu harus terus menambahkan lebih banyak makanan sampai timbangan seimbang.
Penasaran, pemilik toko itu meraih lembaran kertas dari timbangan dan melihat dengan sangat takjub. Isinya bukan daftar belanjaan, tapi sebuah doa, “Ya, Tuhan, kau tahu kebutuhan saya dan saya meninggalkan ini di tanganMu.”
Pemiliki toko kelontong itu akhirnya memberikan belanjaan yang telah terkumpul sambil diam berdiri tertegun. Louise mengucapkan terima kasih dan meninggalkan toko. Pelanggan itu menyerahkan uang lima puluh dolar kepada pemilik toko kelontong dan berkata, “Itu bernilai setiap sen dari itu.”
Beberapa waktu kemudian pemiliki toko kelontong itu mendapati bahwa timbangannya rusak. Demikianlah, hanya Tuhan yang tahu berapa berat doa kita.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR