Intisari-Online.com – Sekali waktu hiduplah seorang Suci, yang duduk di pohon dan mengajar orang-orang. Ia minum susu, dan hanya makan buah-buahan, tak henti-hentinya berdoa, dan menganggap dirinya sebagai orang suci.
Sementara di desa yang sama ada seorang wanita miskin, yang disebut penyihir. Setiap hari orang suci itu pergi untuk memperingatkan wanita itu bahwa ilmu hitam yang dilakukannya akan membawanya ke neraka. Wanita miskin itu tidak bisa mengubah gaya hidupnya karena sihir itu adalah satu-satunya cara untuk hidup. Ia sangat terkesan dengan kisah masa depannya yang dikatakan oleh orang suci itu. Ia menangis dan berdoa kepada Tuhan memohon untuk memaafkannya, karena ia tidak bisa menahan diri.
Kemudian orang suci dan penyihir itu mati. Malaikat datang dan membawa jiwanya ke surga, untuk jiwa orang suci itu datanglah setan.
“Mengapa begitu?” orang suci itu memprotes. “Bukankah aku hidup lebih suci? Mengapa mereka membawa saya ke neraka dan penyihir jahat itu ke surga?”
“Karena,” jawab setan, “Ia dipaksa untuk melakukan perbuatan yang tidak benar, tapi jiwanya selalu membentang kepada Tuhan. Ia berdoa untuk memohon ampun dan sekarang penebusan itu datang padanya. Dan kau sebaliknya, kau hanya berkomitmen pada perbuatan baik, tapi dalam pikiranmu, kau selalu berkonsentrasi pada kejahatan yang datang dari orang lain. Kau hanya melihat dosa, hanya memikirkan dosa, jadi sekarnag kau akan pergi ke suatu tempat di mana hanya ada dosa.”
Sebuah pikiran, adalah hal yang paling penting, karena kita menjadi apa yang kita pikirkan.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR