Keliling Dunia Bawa Keluarga, Siapa Takut?

J.B. Satrio Nugroho

Editor

Keliling Dunia Bawa Keluarga, Siapa Takut?
Keliling Dunia Bawa Keluarga, Siapa Takut?

Intisari-Online.com - Sebuah survei online yang dibuat oleh YouGov pada 2012 memuat hasil menarik: jika benar penanggalan Suku Maya bahwa pada 21 Desember 2012 adalah hari kiamat, apa hal yang ingin Anda lakukan pada bulan-bulan terakhir sebelum kiamat? Sebanyak 51 persen dari 2.000-an lebih responden memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Sedangkan 22 persen memilih untuk jalan-jalan mengelilingi dunia. Sisanya memilih untuk keluar dari pekerjaan dan bersantai selagi masih bisa (7 persen), mengadakan pesta (5 persen), berderma (1 persen), dan lain-lain (5 persen).

Sebenarnya, tidak perlu menunggu kiamat untuk bisa menghabiskan waktu bersama keluarga. Malah, kita bisa menghabiskan waktu bersama keluarga sambil jalan-jalan keliling dunia.

Musim hujan repot

Masalah waktu kadang menjadi hambatan keluarga untuk jalan-jalan bersama. Belum lagi masalah biaya. Bagi keluarga muda yang tidak terbiasa bepergian jauh untuk urusan wisata, tentu memerlukan perencanaan yang matang. Sonson N.S. adalah salah satu pehobi travelling yang merasakan hal itu. “Perencanaan travelling ketika dulu masih bujang dan sudah menikah tentu berbeda,” kata Sonson.

Pria 38 tahun yang mulai jalan-jalan sejak 2001 ini menceritakan pengalamannya ketika dia mulai membawa putranya, Cakrawala M. Wirasunda (2 tahun) dan istrinya, Anis Dewi Setiawati (29 tahun). “Kalau dulu, backpacker-an tidak masalah, karena masih bujang. Kalau bawa anak istri, ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan,” jelas Sonson.

Penulis beberapa buku panduan wisata ke beberapa tempat, seperti Bangkok, Penang, Saigon, dan Australia ini menuturkan, beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah cuaca, musim liburan, ketersediaan dan harga tiket, serta tempat tujuan wisata.

Masalah cuaca dan musim, lanjut Sonson, merupakan hal yang penting. “Kalau musim hujan, perlu dipikirkan lagi kalau mau bepergian. Lebih baik diundur, karena kalau hujan repotnya banyak,” papar Sonson.

Pada saat high season seperti musim liburan, kata Sonson, juga bisa menjadi kendala dalam merencanakan bepergian. “Pada musim liburan, otomatis hotel penuh. Tiket juga naik harganya,” terang Sonson. Untuk negara-negara Asia Tenggara, Sonson melanjutkan, kunjungan ideal adalah pada bulan Mei, sebelum masa masuk liburan, tetapi sesudah musim hujan. “Kalau di Thailand itu bulan April dan Mei, panas tidak, hujan juga belum,” kata Sonson.

Pencarian tiket promo bisa menekan biaya secara signifikan. Hal itu karena pengeluaran terbesar biasanya ada pada harga tiket pesawat. Tiket promo biasanya dijajakan paling tidak setahun sebelum tanggal keberangkatan, atau bahkan beberapa tahun ke belakang. “Untuk bayi di bawah dua tahun (infant) tidak dihitung harga tiket. Makanya, mumpung anak saya masih dua tahun, dipuas-puasin travelling bareng keluarga, hahaha,” kata Sonson kemudian tertawa.

Faktor berikutnya adalah tempat tujuan wisata. Secara umum, ada tiga tempat wisata, yaitu city tour, pantai, dan daerah pegunungan. Hal itu tentu akan mempengaruhi barang bawaan. “Kalau city tour lebih mudah, cukup bawa koper,” kata Sonson. Tapi kalau pergi ke daerah pantai atau pegunungan, beda lagi ceritanya. Barang bawaan akan lebih banyak. “Biasanya saya bawa ransel full barang bawaan, istri saya bawa tas kecil isi keperluan bayi,” Sonson menceritakan pengalamannya jalan-jalan ke Pantai Phuket, Thailand.

Kombinasi metode

Setelah tiba di tempat tujuan, yang pertama harus dicari adalah penginapan. Sebenarnya, mencari penginapan setelah sampai di tempat tujuan agak riskan, apalagi jika membawa serta keluarga. “Kalau bawa keluarga, idealnya memang dapet hotel dulu dengan cara membayar uang muka, sehingga tidak perlu khawatir,” kata Sonson.

Mengenai penginapan murah, Sonson menuturkan, di beberapa negara, seperti Indonesia, ada penginapan-penginapan kecil (guest house) yang murah, sekelas backpacker. Di Singapura, Malaysia, Thailand, pun banyak hostel yang murah. “Bahkan ada dormitory, seperti aula untuk tidur bareng-bareng dalam satu ruangan besar. Itu bisa menekan biaya penginapan,” terang Sonson.

Tapi kalau bepergian bersama keluarga, tentu guest house sekelas backpacker agak susah diaplikasikan. Anda harus mencari hotel atau hostel yang memang cocok untuk keluarga. Apalagi jika membawa anak kecil atau bahkan bayi.

Setelah mendapatkan penginapan, sekarang tinggal jalan-jalannya. Di beberapa kota besar di dunia, transportasi bukan menjadi kendala. Banyak moda transportasi umum yang aman dan tidak terlalu sulit mencarinya. “Tapi kota-kota kecil seperti Laos, akan lebih aman kalau kita menyewa saja. misalnya sewa Tuk-tuk,” kata Sonson. Walaupun agak mahal, model sewa seperti itu lebih aman, hal itu karena kadang wisatawan yang belum paham peta di kota tersebut sering mengerjai penumpang. “Dibawa muter-muter dulu, sehingga biayanya jadi besar,” kata Sonson.

Untuk belanja-belanja di tempat wisata, Sonson mengingatkan, buat dafar yang jelas, sehingga pengeluaran juga terkontrol. Kalau memang sudah direncanakan belanja banyak, jangan lupa membayar bagasi tambahan, jangan sampai belanjaannya ditahan,” kata Sonson.

Untuk mengurangi beban bawaan pada pulangnya nanti, boleh saja kita mengurangi bawaan pada saat berangkat. “Kalau membeli pakaian, misalnya, tidak perlu membawa pakaian terlalu banyak. Pakaian yang dibeli di tempat tujuan bisa langsung digunakan sehingga tidak menambah muatan saat pulang,” Sonson memberi kiat.

Jalan bareng lebih murah

Saat ini, banyak biro-biro wisata yang menawarkan paket-paket wisata ke beberapa tempat di dunia. Hal ini tentu memudahkan pelancong, karena mulai dari transportasi dan berbagai akomodasi diurus oleh si penyedia jasa.

Menurut Sonson, jalan-jalan dengan bantuan biro wisata semacam ini memang cenderung lebih murah, karena sifatnya yang tour, pergi bersama-sama wisatawan yang lain. “Waktu saya ke Pulau Samui, Thailand, kita berkunjung ke sana bareng-bareng, pakai mini van, jadi lebih murah. Kalau sendirian, biayanya bisa sampai tiga kali lipat,” Sonson mengisahkan.

Walau demikian, lanjut Sonson, akan lebih efisien jika kita menggabungkan metode tur dengan perjalanan sendiri. Misalnya, untuk tiga hari di Bangkok. Kita bisa membuat perencanaan sendiri di bagian transportasi dari Indonesia dan penginapan di Bangkok. “Tetapi untuk keliling Kota Bangkok, kita ikutan tur. Kalau kita jalan-jalan di Bangkok sendiri, khawatirnya malah jadi mahal,” kata SOnson.

Seperti yang dilakukan Sonson dan keluarga pada saat ke Kamboja. Saat itu mereka mau ke Angkor Wat, dan transportasi kira-kira seharga $10. Padahal satu kendaraan bisa diisi sampai enam orang. Kalau ada barengan ke sana, biayanya 'kan bisa dibagi. “Satu orangnya jadi sekitar $2. Itu lebih murah, asalkan kita mau berkenalan dengan pelancong lain dan menawari untuk pergi bersama,” kata Sonson.Selamat berwisata bersama keluarga. Entah kiamat jadi atau tidak hehe...