Intisari-Online.com - Praktis tak akan ada yang membantah jika ada yang menyebut Pekalongan adalah Kota Batik. Tapi, akan lebih meyakinkan lagi jika kita langsung membuktikan sendiri bahwa klaim itu memang benar.
Jika berkesempatan mengunjungi Pekalongan, dan Anda adalah pecinta batik, maka sangat dianjurkan sekali untuk mengunjungi sentra batik Kedungwuni atau Wiradesa. Hampir sepanjang jalan di dua kota kecamatan itu berjejer galeri-galeri batik khas Pekalongan. Baik itu tulis, cap, atau yang lebih modern, batik printing.
Kecamatan Kedungwuni terletak di sebelah selatan kota Pekalongan. Jaraknya sekitar 30 km dari pusat kota. Sepanjang Jalan Raya Kedungwuni (depan pasar Kedungwuni) terhampar rumah-rumah produksi batik jika dihitung-hitung, tiap jarak dua atau tiga rumah terdapat satu sentra batik.
Rata-rata corak yang diangkat di Kedungwuni adalah corak hokokai yang merupakan corak batik yang berkembang saat Militer Jepang menguasai Hindia-Belanda, alias Indonesia. Yang menarik, sentra-sentra batik yang ada di Kedungwuni kebanyakan dikembangkan oleh peranakan Tionghoa yang lama menetap di Indonesia. Misalnya, Batik Art Oey Soe Tjoen, Batik Tulis Halus Liem Ping Wie, dan lain sebagainya, yang rata-rata sudah berkembang sejak awal 1900-an awal.
Adapun sentra batik Wiradesa letaknya lebih dekat dengan Kota Pekalongan, kira-kira 10 km dari pusat kota. Berada tepat di jalur utama Pantai Utara, menjadikan Kecamatan Wiradesa cukup strategis dan mudah ditemukan. Tak hanya itu, kedigdayaan Wiradesa sebagai pusat batik dibuktikan dengan adanya IBC alias International Batik Center. Tidak hanya memajang batik-batik asli Wiradesa saja, IBC juga dianggap sebagai etalase batik yang ada di seluruh Kabupaten Pekalongan.
Jadi, tak hanya sekadar tahu dari omongan kawan saja. Dengan kita berkunjung ke Pekalongan, kita bisa membuktikan bahwa Pekalongan adalah benar-benar salah satu sentra batik yang ada di Indonesia.