HOK Tanzil: Ada Bis Air di Sungai Mahakam

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil: Ada Bis Air di Sungai Mahakam
HOK Tanzil: Ada Bis Air di Sungai Mahakam

Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Kalimantan yang dia tulis diIntisariedisi Agustus 1979 dengan judul asli "Melancong ke Kalimantan".Intisari-Online.com -Dalam bulan Maret 1979 saya membaca di koran-koran bahwa akan ada bis air (BA) yang menghubungkan Samarinda dengan kota-kota pedalaman melalui sungai Mahakam. Seorang kawan penduduk Samarinda membenarkan hal itu.

Hasrat kami untuk suatu waktu dapat mengunjungi kota kelahiran orang tua saya, yang pernah saya datangi 39 tahun yang lalu, kami (saya dan isteri) wujudkan pada tanggal 23 April 1979.Beberapa hari sebelumnya saya hubungi ipar saya JG, sebagai anggota pimpinan PT MS. yang kebetulan mempunyai cabang-cabang juga di beberapa tempat di Kalimantan. Atas inisiatifnya, selain dibuat surat pengantar para pemimpin perusahaan di tempat-tempat yang akan kami kunjungi, diberitahu akan kedatangan dan niat perjalanan kami.Dari Jakarta ke Balikpapan kami naik pesawat Garuda. Dari sini ke Samarinda mengendarai jip pinjaman; lalu ke Muara Bengkal p.p. dengan bis air; dari Samarinda kembali ke Balikpapan dengan jip; dari sini ke Tanjung dan selanjutnya ke Banjarmasin naik mobil sewaan; dan meninjau Kuala Kapuas p.p. dengan speedboat.Kami kembali ke Jakarta dengan pesawat Garuda. Seluruh perjalanan berlangsung 11 hari.Kami menghadap di "counter" Garuda sejam setengah sebelum pesawat pukul 11.15 take off keBalikpapan. Saya kaget juga mendengar dan melihat di daftar penumpang Flight GA 548 tidak ada nama kami. Saya tak tahu di mana letak kelalaian, karena di tiket yang dibeli melalui sebuah biro pariwisata yang terkenal, statusnya disebut "OK".Nama kami lantas dicantumkan dalam daftar penumpang cadangan! Patut dikemukakan bahwa ada seorang penumpang lain yang mengalami hal seperti kami. la juga membeli tiket melalui biro pariwisata yang sama!Saya utarakan kekecewaan saya, karena akan menyusahkan para penjemput kami di Balikpapan bila kami tak jadi berangkat.Kebetulan pejabat Garuda, Sdr. Ari Surjanto, mengenal nama kami dari karangan-karangan. la menjanjikan membantu. Akhirnya kami dapat ikut berangkat juga.Berpuluh-puluh kali kami sudah naik pesawat terbang di dalam maupun di luar negeri, namun belum pernah kami mengalami soal kelalaian seperti disebut tadi. Hal ini membuat saya berpikir, masih belum mampukah kita bekerja dengan baik dan efisien?Di LU Sepinggan, Balikpapan, kami dijemput dan dibawa ke mess dengan ramah oleh pemimpin PT MS, sdr. Yanto. Langsung kami dipinjami sebuah jip Toyota Hardtop 1978.Belum sejam di kota minyak itu, saya sudah mengemudi jip mengelilinginya. Kota ini pernah saya kunjungi beberapa kali, namun terakhir 39 tahun yang lalu. Yang teringat hanya Jalan Klandasan yang kini berubah sekali dan pemandangan bukit dengan lampu-lampu gemerlapan pada malam hari, menyerupai Hong Kong kecil.Mengenai kesan kami di pelbagai kota Kalimantan akan diutarakan kemudian.