HOK Tanzil Keliling Lombok dan Madura (2) : Kejujuran Para Penjual Bensin

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil Keliling Lombok dan Madura (2) : Kejujuran Para Penjual Bensin
HOK Tanzil Keliling Lombok dan Madura (2) : Kejujuran Para Penjual Bensin

Intisari-Online.com -Setelah terbang hanya 15 menit, pesawat mendarat di lapangan udara Selaparang, Ampenan, Lombok. Saat itu pukul 07.30 WIB atau 08.30 WITA.Langsung saya hubungi bagian Penerangan. Pertama saya tanya dapatkah menyewa mobil yang dapat dikemudikan sendiri. Ternyata di Lombok tak ada fasilitas semacam itu.Sdr. Maman Sabani, Kasubsi terminal, membantu saya meneleponkan DPU. Ternyata diketahui bahwa Ir. Latul Kadari yang saya cari secara kebetulan berada di Airport situ akan berangkat ke Jakarta dengan pesawat yang telah kami naiki.Kami sempat berkenalan dan dianjurkan menghubungi pembantu-pembantunya.Dengan jeep dari DPU kami menuju ke kantor dan berkenalan dengan adik-adik Ir Surana, Dadang Djojo, B.E., dan Roosmarsanto.Selain mereka bersedia membantu kami, juga mau memperkenalkan kami kepada beberapa anggota dari Fenco Consultant Ltd, Sumbawa Water Resources Development Project, sebuah Badan dari Kanada yang bekerja sama dengan DPU dalam bidang irigasi dan Iain-lain. Kantornya dalam satu kompleks. Mr. J.P. Duff, ahli tanah, menerangkan kami dengan seksama mengenai pekerjaan mereka sambil menunjukkan foto-foto, menarik juga!Akhirnya oleh kawan-kawan baru kami disediakan sebuah jeep dengan pengemudinya untuk "sight-seeing".Atas inisiatif pengemudi yang sekalian bertindak sebagai "guide" kami, pada jam 10 WITA (= 09.00 WIB) mulai cuci mata. Ternyata kota-kota Ampenan, Mataram dan Cakranegara saling bertautan. Menurut ukuran kami, ketiga kota ini sekaligus pun tidak besar.Mataram adalah ibukota propinsi NTB. Bangunan yang paling menarik adalah mesjidnya yang letaknya di pusat kota.Cakranegara sebagai pusat perdagangan nampak ramai. Pertokoan tidak beda dari keadaan di tempat lain.Kemudian kami dibawa ke Narmada sebuah desa sekitar 10 km dari Mataram. Di situ terdapat sebuah tempat pemandian dengan pura di taman yang luas. Karena saat itu hujan, kami tak sempat melihat seluruhnya.Lalu melewati Taman Wisata Suranadi (17 km dari Mataram) di daerah perbukitan pada ketinggian 200 m. Nampak sebuah pura yang tertua di Lombok. Terdapat Hotel Suranadi yang mempunyai kolam renang. Buat orang Lombok hawanya sejuk, yang tak kami rasakan!Dalam perjalanan kembali singgah di Lingsar (9 km dari Mataram) dengan puranya yang dianggap paling kudus di Lombok. Di dekatnya terdapat mata air.Karena sudah siang kami minta agar makan makanan yang khas Lombok, yaitu di rumah makan Taliwang yang sudah dikenal dengan Plecing Ayam dan beberuknya (sambal acar). Memang memehuhi selera kami.Kesan pertama kami sampai saat itu adalah kondisi jalan yang kurang baik, khususnya yang ke desa-desa. Nampak banyak sekali anjing yang berkeliaran di jalan umum.Banyaknya lalat sangat mengganggu. Sewaktu jeep diparkir di seberang jalan dengan jendela kaca yang tidak ditutup, sedangkan barang kami dalam jeep nampak jelas, saya merasa waswas walaupun ada tukang parkir yang menjaga. Kata pengemudi, di Lombok aman! Saya jawab, jangan mencobanya di Jakarta atau tempat lain di Jawa.Kejujuran para penjual bensin sangat nyata. Bila di Jakarta angka pecahan pada jumlah liter yang dibeli, selalu dibulatkan ke atas menjadi satuan, misalnya 30.4 menjadi 31. Di malang dibulatkan menjadi setengahan (misalnya 30 ¼ menjadi 30,5). Di Lombok dihitung tepat menurut pecahan angka yang dibeli.Walaupun kami boleh memakai kendaraan sesuka hati, namun hawa panas membuat kami tak bergairah.Pukul 12 kami sudah kembali ke kantor PU, untuk menemui adik-adik baru sembari membuat perjanjian untuk makan bersama dengan masing-masing istri pada malam hari.Kemudian kami diantarkan ke Hotel Selaparang. Mereka telah pesankan kamar untuk kami. Letaknya hanya sekitar 100 meter saja!Kamarnya pakai AC, hal yang penting bagi kami. Biaya Rp 13.000 ditambah service dan pajak 21%. Siang dapat istirahat.Petang harinya kami dijemput oleh adik-adik: Surana dan Amek Rochadi dengan jeepnya, serta suami-isteri Roosmarsanto dan suami-isteri Danang Djojo dengan jeep lain.Setelah mereka putuskan ke mana akan makan, berangkatlah kami berdelapan dengan 2 jeep ke tujuan.Ternyata, paginya kami sudah ke daerah itu, Suranadi. Rumah makan yang didatangi konon adalah khas Lombok. Nampak sederhana, terdiri dari beberapa buah terop, dalam keadaan gelap gulita.Bila ada tamu, barulah digantungkan lampu petromax. Biasanya hidangan kami pesan terlebih dahulu agar siap. Ketika itu dipesan plecing ayam lagi, hidangan khasnya. Selama menunggu kami mengobrol. Walaupun baru berkenalan suasana akrab sekali.Istri saya nampak bergairah karena mendapat resep makanan yang baru dikenalnya. Memang nikmat! Menurut ukuran Jakarta harganya lebih rendah!Pukul 22.30 kami kembali ke hotel. Adik Roosmarsanto mendapat permisi dan menyediakan diri untuk menemani kami esok hari ke beberapa obyek pariwisata dengan jeepnya adik Danang.--Inilah cerita H.O.K. Tanzil saat mengelilingi Lombok dan Madura yang dia tulis di Majalah Intisari edisi Mei 1981 dengan judul asli Keliling Lombok dan Madura.