Intisari-online.com -Meski termasuk kebutuhan tersier, rekreasi sudah seperti hal wajib bagi mereka yang hidup di kotabesar. Sayangnya, anggaran rekreasi atau hiburan sering diabaikan dalam perencanaan keuangan keluarga. Kadang kala kita berpikir, biaya untuk itu tidak banyak. Makanya, tidak perlu dianggarkan.
Apa benar begitu? Coba deh hitung seberapa besar biaya rekreasi dan hiburan Anda. Misalnya biaya makan, pembelian BBM, serta tiket masuk tempat wisata atau bioskop jika Anda hanya ingin menonton film terbaru. Rasanya, itu kebutuhan utama. Lainnya adalah biaya tambahan, seperti membeli cenderamata. Setelah terperikan dan ketemu hasil akhir, berapa angka yang nongol? Apakah sama atau mungkin lebih besar dari biaya telepon atau listrik? Hehehe ... Anda mungkin tersadar, anggaran itu lumayan besar juga bukan?
Membengkaknya bujet anggaran buat rekreasi bisa terjadi karena umumnya kita melakukannya bersamaan dengan kegiatan lainnya. Wajar kalau kemudian mengganggu atau bahkan menyabot anggaran lain. Misalnya, kegiatan rekreasi keluarga dilakukan pada awal bulan dan bersamaan dengan kegiatan belanja bulanan keluarga. Nah, itulah saat yang paling rawan. Pada saat belanja itu tiba-tiba terlontar keinginan dari anak tercinta. "Ma, beli DVD buat PS3, ya?" Atau mereka mengajak ke pusat permainan dulu sebelum pulang. Belum lagi tangan Papa yang gatel melihat ada DVD film terbaru. Masih sederet ancaman lain yang tidak mudah untuk ditepis.
Menghadapi serbuan seperti itu, kita terbiasa mengambil dari biaya belanja bulanan, tagihan yang belum jatuh tempo, atau dari tabungan. Kenapa ini bisa terjadi? Karena tidak ada angka yang jelas dalam menentukan biaya rekreasi itu. Yang dilakukan adalah bayar dulu baru hitung kemudian. Taktik yang mirip hit and run ini berakibat pada dikorbankannya tagihan-tagihan yang belum jatuh tempo, pengurangan uang belanja, atau bahkan peminjaman sementara uang dari tabungan. Untuk menghindari hal-hal macam itu, sudah seharusnya kita membuat anggaran khusus buat rekreasi. Memang, anggaran rekreasi yang akan kita buat dapat mempengaruhi anggaran pengeluaran keluarga secara keseluruhan.Ada tiga hal yang perlu disepakati dulu.
Pertama, dahulukan pengeluaran utama. Yaitu kebutuhan pokok keluarga, tagihan bulanan, dan membayar cicilan utang. Anggarkan dahulu pembayaran utang, baru biaya rekreasi bisa menyesuaikan. Bukan sebaliknya! Kedua, disiplinkan diri dalam hal belanja berdasarkan anggaran yang ada. Tiap orang atau keluarga mungkin memiliki pengeluaran rekreasi yang berbeda. Biaya rekreasi untuk yang berdomisili di luar Jakarta tentunya akan berbeda dengan mereka yang tinggal di Jakarta. Bila telah sepakat untuk menentukan pengeluaran biaya rekreasi per bulan sebesar Rp 1 juta, disiplinlah dengan angka itu. Bila kurang, jangan ambil dari anggaran lain. Namun, bila lebih, simpan untuk kebutuhan biaya rekreasi di masa yang akan datang, seperti untuk libur akhir tahun atau liburan merayakan hari besar. Terakhir, sesuaikan kebutuhan rekreasi dengan anggaran yang tersedia.
Rekreasi dan liburan yang kita pilih akan menentukan pengeluaran. Makan di restoran, pergi ke kafe, menjadi anggota klub olahraga, misalnya, bisa jadi pilihan rekreasi. Apa pun jenis rekreasinya, pastikan bahwa pilihan kita sudah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Yang perlu diingat juga, kalau besarnya anggaran keluarga Rp 1 juta per bulan, rasanya kurang tepat bila kita masuk menjadi anggota klub rekreasi yang iuran bulanannya juga Rp 1 juta. Jika begitu, maka acara rekreasi keluarga hanya dilakukan di klub itu. Apa tidak bosan? Bagaimana bila ingin makan di restoran? Atau ingin nonton bareng sekeluarga? Atau ingin berwisata ke kebun binatang? Apakah harus mengambil dana dari anggaran lain? Atau malah berutang?
Setelah melakukan pertimbangan, selanjutnya tentu membuat anggarannya. "Berapa anggaran yang harus dialokasikan untuk biaya rekreasi?" "Bagaimana cara menentukannya?"
Pada dasarnya, tidak ada angka yang benar atau nilai mutlak untuk biaya rekreasi. Bisa sebesar "x" rupiah, bisa pula "y" persen dari pengeluaran keluarga. Namun, ada hal-hal khusus yang bisa dijadikan acuan dasar dalam mengambil keputusan. Pertama, jenis dan ternpat rekreasi. Bila rekreasi yang kita pilih termasuk rekreasi sederhana, tentunya akan berbeda anggarannya dengan yang bersifat kompleks. Suatu keluarga mungkin menganggap kegiatan makan bersama di restoran, bernyanyi di sebuah karaoke keluarga, atau sekadar jalan-jalan ke mal sebagai suatu rekreasi. Namun, keluarga lain menganggap ikut serta dalam suatu klub rekreasi tertentu sebagai kegiatan rekreasi. Atau, bila jalan-jalan ke luar kota atau bahkan keluar negeri, baru dianggap rekreasi.
Acuan kedua, jangka waktu dan frekuensi. Rekreasi yang dilakukan juga tergantung pada jangka waktu dan berapa kali dalam satu bulan kegiatan itu dilakukan. Rekreasi keluarga yang disepakati akan dilakukan tiap dua bulan sekali tetapi dilakukan dengan melakukan perjalanan ke luar kota mungkin akan menghabiskan biaya yang sama atau bisa juga lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan rekreasi yang dilakukan di dalam kota tapi dengan frekuensi satu minggu sekali. Acuan paling bontot, yaitu besarnya dana, Ada keluarga yang menganggap rekreasi bukan sebagai kegiatan yang utama. Tentu saja, keluarga ini hanya menganggarkan biaya rekreasi dalam jumlah kecil. Hal sebaliknya terjadi bila suatu keluarga menjadikan rekreasi sebagai kegiatan wajib yang harus dilakukan. Sekali lagi, penganggaran biaya rekreasi sangat penting dilakukan. (Intisari/Family Financial Planning)