HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (6): Sial Bertubi-tubi

Birgitta Ajeng

Editor

HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (6): Sial Bertubi-tubi
HOK Tanzil ke Benua Eropa-Amerika (6): Sial Bertubi-tubi

Intisari-Online.com -Selagi mobil melaju turun, di sebuah tikungan ke kiri mendadak saya melihat ada sebuah bis berhenti (karena penglihatan tertutup oleh sisi gunung di sebelah kiri jalan). Karena refleks saya sudah mengurangi kecepatan.Tiga orang di belakang bis, terdiri dari kakek, ibu dan cucu, yang hendak menyeberang ke sebuah kampung di sisi kanan jalanan, sudah mundur tidak jadi, ketika melihat mobil kami.Namun si cucu yang berusia kira-kira 10 tahun melepaskan diri dari pegangan kakeknya dan menyeberang! Saya rasa sudah tak dapat mengelak lagi tubrukan walaupun saya menginjak rem sekeras-kerasnya. Bunyi rem disertai bunyi benturan di bagian mobil saya terdengar!Mobil berhenti dalam posisi agak melintang! Langsung si Ibu mendatangi kami dengan meraung-raung menangis dan mengeluh, sedangkan saya memarahinya karena mereka tidak hati-hati.Masing-masing kami berbicara dalam bahasanya sendiri. Ketika kami ribut mulut, mendadak si anak keluar dari parit di mana ia terjatuh setelah tersenggol mobil! Ia muncul berdiri, pucat seperti mayat sambil makan kacang! Ia rupanya kaget sekali. Pada pemeriksaan fisik saya tak melihat ada luka. Bunyi benturan rupanya disebabkan oleh senggolan salah satu anggotanya pada body "camper". Setelah kami beri ia minum, kami tinggalkan tempat itu secepatnya.Malam itu kami meninggalkan Costa Rica dan sampai di pos perbatasan Nikaragua pukul 19.30 untuk menginap setelah mengendarai 639 km. Esoknya kami melintasi Nikaragua, Honduras terus sampai ke San Salvador pukul 7 malam. Kami menempuh 678 km. Kami bermalam di sebuah pompa bensin Shell. Setelah tidur 2 jam, karena terlalu banyak pikiran kami tidak dapat tidur lagi. Untuk mengejar waktu kami jam 03.30 sudah berangkat. Hujan sangat deras sehingga ada tanda-tanda arah yang tak saya lihat. Akibatnya sesat untuk keluar kota!Pukul 7 pagi kami sudah meninggalkanEl Salvador, masuk pos perbatasanGuatemala. Ternyata kami memerlukan visa (Waktu masuk dariMexicopertama kali memang demikian. Tetapi karena pengalaman di negara-negara yang baru dilalui kartu turis dapat diperoleh di perbatasan, saya menjadi alpa). Maka kami harus kembali ke El Salvador ke kota Ahuachapan, sejauh 15 km.Di sini terdapat Konsul Guatemala. Di sini sudah menunggu beberapa orang asing lain yang bermaksud sama. Agak lama juga kami menunggu. Setelah selesai dengan biaya US$ 5 saya kembali ke "camper" di mana saya melihat isteri saya menangis.Ternyata ia kepanasan seperti dalam oven. "Camper" tertutup rapat di bawah matahari yang cerah, sedangkan ia tidak dapat bergerak membuka pintu karena penyakitnya bertambah parah. Rupanya kesialan kami belum habis.Dua orang asing yang juga memperoleh visa tadi, saya bawa ikut ke perbatasan agar mereka nanti dapat melanjutkan perjalanan dengan bis.Di tengah jalan, pada suatu tikungan tajam, pintu "camper" terbuka dan ada jerrycan dengan air minum jatuh ke luar. Tadinya tidak saya ketahui. Rupanya orang asing itu tidak rapat betul menutup pintu mobil. (Saya heran juga mengapa si bule itu tidak memberi tahu saya ada sesuatu yang jatuh!).-bersambung---Inilah bagian keenam cerita H.O.K. Tanzil saat pergi ke Benua Eropa dan Amerika yang ditulis di Majalah Intisariedisi Maret 1979dengan judul asli "Tahap Terakhir Perjalanan Darat 45.000 km ".