Intisari-Online.com – Ide pembuatan iBOLZ Indonesia yang dikembangkan oleh Profesor Adiwijaya, bermula saat ia masih bermukim di Amerika Serikat. Di sana Igg mencari software developer, engineer lokal, serta anak-anak indonesia yang berprestasi di Amerika Serikat, untuk ia ajak bekerja sama. Lalu, terciptalah teknologi ini.
Profesor yang telah tinggal selama 23 tahun di Amerika Serikat itu mengatakan, ide pembuatan teknologi ini terpikirkan olehnya pada akhir tahun 2011. Sebenarnya ia sudah lama memikirkan untuk membuat teknologi yang bagus di market di Indonesia. Tapi Adiwijaya juga ingin membuat suatu inovasi teknologi yang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat.
Inovasi pada sosial media televisi ini ia tunjukkan bukan hanya untuk masyarakat di kota-kota besar saja. Tapi juga untuk masyarakat yang bermukin di pedesaan.
“Di desa-desa, itu konten susah sekali di consume karena teknologinya yang terbatas, misalnya bandwidth. Bandwidth Indoensia berantakan,” ujar dirinya yang juga pernah bekerja untuk Departement of Defense di Amerika Serikat.
Ide pembuatan teknologi ini juga muncul saat dirinya memikirkan betapa sulitnya bagi masyarakat desa untuk bisa menikmati media sosial di internet. Contohnya menonton video dan televisi di sebuah telepon genggam. Seperti yang kita tahu, terkadang memerlukan telepon genggam canggih untuk dapat mengakses hal itu.
Namun, setelah dirinya mengembangkan teknologi ini, masyarakat di pedesaan dapat menikmati sajian konten-konten di internet melalui telepon genggam yang dimilikinya. Aplikasi bernama “iBOLZ Indonesia” ini dapat berjalan mulai dari pemakaian bandwidth 70 Kbps denga resolusi low. Sebelumnya kita membutuhkan kira-kira 300 Kbps – 400 Kbps untuk dapat menikmati sebuah video di internet, seperti youtube.