Intisari-Online.com -Para peneliti di laboratorium Susumu Tonegawa and Memory di MIT melakukan beberapa studi menggunakan teknik pelacakan otak berbasis cahaya. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa kenangan pada penerita amnesia tidak terhapus, tapi tetap utuh dan bisa dikembalikan. Penemuan ini dipublikasikan pada jurnal Science, berdasarkan eksperimen yang dilakukan pada tikus dan mungkin memiliki implikasi pada manusia juga.
Tikus-tikus itu dilatih untuk menerima kejutan di ruang-ruang tertentu. Para peneliti lalu menggunakan label protein untuk menandakan sel pada hipokampus -- otak yang aktif dan bertanggung jawab membuat memori.
Menurut Tomas Ryan, pemimpin penelitian, 3 dari 5% sel di hipokampus berguna untuk membentuk memori. Ketik tikus itu ditempatkan pada ruangan yang sama, mereka ‘membeku’ sejenak dan mengantisipasi keterkejutannya. Namun, ketika mereka diberi obat untuk menginterupsi proses pembentukan memori, mereka tidak mengingat rasa shock tadi dan tidak membeku ketika ditempatkan di ruangan tersebut.
Selanjutnya, para peneliti mencoba mengembalikan memori yang hilang dengan mengaktifkan sel pembuat ingatan tadi. Mereka melakukan hal tersebut menggunakan teknik yang dinamakan optogenetik, di mana lampu lasernya merangsang sel-sel di hipokampus. “Hal ini menunjukkan amnesia terjadi karena otak tidak bisa mengakses memori; tapi ingatan itu sendiri tetap di sana,” kata Ryan.
Meskipun studi ini dilakukan pada tikus, namun ada kemungkinan bisa diaplikasikan pada manusia juga. Para ahli mengatakan memori yang hilang karena amnesia akibat luka trauma pada otak seperti benturan, kecelakaan mobil atau dementia bisa dikembalikan. Namun, jika otak terluka parah, mungkin proses menyimpan memori itu sudah terganggu sehingga tidak bisa dikembalikan. (time.com)