Intisari-Online.com - Para ilmuwan telah menemukan bahwa jerapah gemar bersenandung di malam hari untuk berkomunikasi satu sama lain menggunakan frekuensi rendah. Dan itu pertama kalinya “suara” itu diidentifikasi untuk makhluk yang nisbi diam itu.
Selama berabad-abad para peneliti telah mencoba untuk mengetahui bagaimana jerapah berkomunikasi. Terlepas dari itu semua, jerapah biasa hidup di sebuah sistem terstruktur secara sosial, yang biasanya meliputi beberapa tipe komunikasi vokal; tetapi sampai sekarang tidak seorang pun yang mendengar suara dari jerapah selain mendengus dan mendengus.
Beberapa ilmuwan bahkan berspekulasi bahwa, secara fisik, mungkin sulit untuk ungulata (kelompok mamalia yang menggunakan ujung kuku mereka untuk menahan berat badannya sewaktu bergerak) ini untuk menghasilkan suara karena leher panjang mereka. Sementara yang lain percaya bahwa jerapah berkomunikasi secara infrasonik, yang berarti bahwa suara terlalu rendah bagi manusia untuk mendengarnya, seperti gajah.
Tapi setelah meninjau hampir 1.000 jam rekaman dari tiga kebun binatang di Eropa, tim dari University of Vienna, Austria, menemukan bahwa jerapah tidak berkomunikasi secara vokal—yang bisa didengar manusia, mereka hanya melakukannya dengan senandung berfrekuensi sangat rendah di malam hari.
“Saya terpesona, karena sinyal ini memiliki suara yang sangat menarik dan memiliki struktur akustik yang kompleks,” ujar pemimpin penelitian Angela Stöger kepada Karl Gruber dari New Scientist.
Senandung yang direkam di tiga kebun binatang itu memiliki frekuensi sekitar 92 Hz, yang sejatinya masih bisa kita dengar, tapi sangat rendah. Senandung itu kadang terdengar panjang dengan berbagai macam kombinasi. Menariknya, ketika para peneliti memainkan rekaman itu kepada para penjaga, mereka mengaku tidak pernah mendengar suara itu sebelumnya.
Meski demikian, temuan ini belum membeli keyakinan 100% bahwa itu adalah cara jerapah berkomunikasi—bisa saja itu hanya dengkuran biasa. “Seperti manusia yang mendengkur, atau anjing yang tiba-tiba menggonggong saat tertidur,” Meredith Bashaw, seorang ahli perilaku hewan dari Franklin & Marshall College, AS, mengatakan kepada New Scientis. “Atau, mungkin juga, sebagai cara jerapah berkomunikasi dalam gelap, ketika pandangan terbatas, mengatakan, ‘Hei, saya di sini’.”
Salah satu kelemahan studi ini adalah para peneliti tidak bisa meneliti ketika jerapah itu bersenandung. Meski demikian, mereka berjanji untuk melalukan penelitian lebih lanjut, sehingga benar-benar bisa dipastikan apakah kebiasaan jerapah bersenandung di malam hari adalah cara mereka berkomunikasi satu sama lain. (Sciencealert.com)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR