Intisari-Online.com - Saat ini, peluang kerja di bidang kuliner kian menjanjikan. Para pemilik keahlian masak-memasak punya pilihan luas untuk berkarya. Jika ingin pekerjaan yang mendapatkan gaji atau menjadi karyawan, bisa bergabung ke perusahaan-perusahaan jasa. Apalagi sekarang banyak bermunculan restoran dan hotel baru. Mereka tentunya membutuhkan tenaga memasak yang ahli dan terampil.
Kalau tak ingin menjadi karyawan, mereka juga bisa membuka bisnis sendiri atau berwiraswasta. Misalnya, membuka restoran atau usaha katering sendiri. Hanya saja, untuk satu ini, perlu syarat tambahan. Kita perlu menambah keterampilan di bidang manajemen bisnis.
Hanya itu? Oh, tentu saja tidak. Jika punya kemampuan public speaking yang memadai dan penampilan yang lumayan, profesi food presenter juga bisa dijadikan pilihan.
Di luar itu, kesempatan untuk meniti berbagai varian profesi kuliner lain masih terbuka lebar. Misalnya, menjadi koki pribadi, koki rumah sakit, penata saji (food stylist), cook helper, ahli gizi, peracik bumbu, dan banyak lagi yang lainnya. “Soal kelanjutannya, itu terserah mereka,” kata Lely Simatupang, pengelola ChezLely Culinary School Jakarta. Ia menambahkan, profesi memasak itu tak hanya terkait keterampilan, tapi juga membutuhkan jam terbang.
Namun begitu, menekuni karir di bidang kuliner tak semudah yang diperkirakan orang. Banyak tantangan yang tak terduga di dalamnya. Satu hal yang pasti, profesi ini membutuhkan pengorbanan, kerja keras, passion, dan dedikasi tinggi demi menyajikan hidangan terbaik. Itulah sebabnya untuk menjadi chef tak semudah seperti yang ditayangkan di televisi.
Jenjang karier yang dilalui pun tidak bisa instan. Seorang yang baru lulus sekolah masak mungkin memulai kariernya dari bawah, seperti cook helper, sebelum kemudian menginjak 3-4 level lebih tinggi dalam tahapan kariernya. Setiap level bisa memakan waktu 2-3 tahun. Vindex Valentino Tengker, Juri Master Chef Indonesia, misalnya, membutuhkan 9 tahun untuk sampai pada levelnya sekarang sebagai executive chef di Hotel Dharmawangsa.
Tantangan lain yang juga harus dipertimbangkan adalah soal jadwal liburan. Jadwal libur mereka tidak sama dengan orang kebanyakan. Ketika musim liburan mereka justru masuk kerja. Pasalnya, saat itu hotel dan restoran sedang dipadati pengunjung yang sedang menikmati liburannya. Sebagai gantinya, mereka baru bisa libur di saat orang lain mulai masuk kerja lagi.