Mengais Rezeki di Bawah Air (2)

Ade Sulaeman

Editor

Mengais Rezeki di Bawah Air (2)
Mengais Rezeki di Bawah Air (2)

Intisari-Online.com - Banyaknya aktivitas yang dilakukan di bawah air membuat teknik pengelasan bawah air menjadi sebuah aktivitas yang sangat diperlukan. Apalagi dibandingkan dengan teknik yang lain, seperti mengelas kapal di darat, teknik pengelasan bawah air relatif jauh lebih murah dan memakan waktu yang lebih pendek.

“Industri gas dan minyak bumi, pemasangan dan perbaikan pipa, kabel, tiang pancang jembatan di bawah air serta pengangkatan kapal-kapal yang tenggelam akan lebih mudah dilakukan dengan teknik pengelasan bawah air,” ujar Hendro, instruktur pengelasan bawah ari dari Pusat Pelatihan Kerja Khusus Pengembangan Las (dahulu dikenal sebagai BLK Las).

Menurut Hendro, proses pengelasan di bawah air pada dasarnya hampir sama saja dengan teknik pengelasan di darat, “Yang membedakan hanya lokasinya,” Hendro menegaskan. Meski demikian, tetap saja alat yang digunakan berbeda, khususnya menyangkut alat pengelasan.

Proses pengelasan dilakukan dengan penuh pengawasan. Seperti yang dipraktikkan di BLK Las, para instruktur mengawasi langsung proses pengelasan yang dilakukan “anak didik” mereka melalui sebuah layar yang terhubung dengan kamera yang dibawa para calon “tukang las” ini.

Para instruktur ini juga dapat melakukan komunikasi dengan para peserta pelatihan melalui media radio, sistemnya mirip dengan handy talky. “Di lapangan, proses pengawasan ini dilakukan para supervisor,” papar Hendro

“Sistem pengelasan seperti ini paling sedikit melibatkan lima orang, yaitu satu orang pengawas, satu orang operational engine, satu orang petugas medis, satu orang pendamping supervisor dan, tentunya, satu orang tukang las,” Hendro menjabarkan.

Kemampuan selam dasar jelas sangat dibutuhkan. Apalagi jika jam selam sudah banyak. Hal-hal tersebut diperlukan karena kemampuan menguasai medan dan ketenangan dalam menghadapi masalah menjadi faktor penting bekerja di bawah risiko yang tinggi. “Masuk air saja sudah bahaya,” tambah pria berkumis ini.

Maklum, para welder, istilah asing untuk tukang las, ini harus menghadapi berbagai risiko di luar risiko yang sudah biasa mengancam para penyelam. Electrical shock atau kesetrum, meledaknya tabung gas untuk mengelas, serta terhirupnya gas nitrogen yang digunakan untuk mengelas oleh welder, merupakan contoh dari risiko para pengelas bawah air.

Risiko yang tinggi ini “untungnya” sebanding dengan gaji yang tinggi pula. Untuk welder yang baru lulus dari pelatihan saja sudah dihargai Rp600 ribu untuk satu jam pengelasan. Sedangkan untuk mereka yang sudah berpengalaman sekitar 2-3 tahun, bayarannya mencapai Rp2,4 juta per jam pengelasan. Bahkan ada yang mencapai Rp8 juta per jam. Biasanya, jika ditotal, penghasilan per bulan mencapai Rp10 juta untuk pemula dan Rp300 juta untuk yang sudah berpengalaman. Wow.