Yuk, Pilih-pilih Rumah Pertama!

J.B. Satrio Nugroho

Editor

Yuk, Pilih-pilih Rumah Pertama!
Yuk, Pilih-pilih Rumah Pertama!

Intisari-Online.com -Membeli rumah pertama memang bukan perkara sepele. Berbeda dengan barang-barang yang pernah dibeli sebelumnya, ada masa depan yang digantungkan di sana.

Tak bisa disangkal, harga properti yang senantiasa memanjat naik membuat pencarian sangkar hidup sering membuat pusing pasangan muda. Nampaknya bukan hanya di Indonesia, iProperty.com melaporkan bahwa sampai pertengahan tahun ini, para pembeli rumah pertama di Asia merasa tidak mampu membeli rumah karena harga yang terus melambung.

Bagaimana tidak, menurut data dari Cushman & Wakefield Indonesia, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com, rumah tapak dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mengalami kenaikan hampir 100%. Harga perumahan, baik apartemen maupun rumah tapak di sejumlah kota besar di Indonesia mulai tak terkendali. Harga rumah tapak sepanjang 2013 diprediksi akan meningkat 28%.

Kenaikan harga ini dipicu oleh kurangnya pasokan hunian, sedangkan permintaan terus meningkat karena populasi penduduk yang terus berkembang. Bahkan, kenaikan harga ini sampai mengubah peta kategori kelas hunian! Kalau beberapa tahun lalu rumah berharga jual Rp250 juta-Rp700 juta masuk kategori kelas menengah, sekarang degradasi jadi hunian kelas bawah.

Beli atau ngontrak?

Meski harga terus naik, produk perumahan tetap laku keras. Di wilayah Jabodetabek, komposisi penyerapan rumah tinggal untuk segmen atas (> Rp 2 miliar per unit) mencapai 27%, segmen menengah atas (Rp 1,4 miliar- Rp 2 miliar per unit) mencapai 28%, menengah (Rp 800 juta-Rp 1,39 miliar) sampai 22%, menengah bawah (Rp400 juta-Rp799 juta) mencapai 15%, dan segmen bawah sampai 8%.

Untuk mengatasi itu, banyak pasangan muda yang akhirnya memilih untuk mengontrak rumah dulu. Menurut Nonny Subeno, B. Kom., Direktur PT Cushman & Wakefield Indonesia, mengontrak bisa menjadi alternatif hunian sementara. “Namun jika sudah memiliki budget untuk membayar DP rumah dan cashflow mencukupi, sebaiknya langsung beli rumah,” kata Nonny.

Hal itu masuk akal, karena harga properti di Indonesia tidak pernah turun. “Kalau menunda pembelian lebih lama, akan tambah tidak mencukupi dana untuk membeli rumah,” tegas Nonny.

Rumah atau apartemen?

Menurut Nonny, tolok ukur utama pembelian rumah adalah anggaran. Setelah anggaran ada, yang kedua adalah lokasi yang paling dekat dengan tempat kerja. “Jika memiliki anak, maka prioritas adalah dekat dengan sekolah anak, baru kemudian kantor,” kata Nonny.

Celakanya, semakin dekat dengan pusat bisnis, harga properti gila-gilaan. Tak heran jika apartemen semakin dilirik. Hasil penelitian PT Cushman & Wakefield Indonesia, presentasi kecenderungan antara investor dan pengguna apartemen sekarang semakin meningkat. Jika dahulu investor dibanding pengguna apartemen adalah 70:30, kini sudah menjadi 50:50. “Ini menunjukkan bahwa mulai banyak masyarakat Jakarta yang memilih tinggal di apartemen,” kata Nonny.

Hal itu, lanjut Nonny, karena jarak tempuh apartemen yang lebih dekat ke pusat kota. Harga apartemen yang lebih terjangkau dibandingkan dengan rumah tapak juga jadi alasan utama.

Fasilitas bersama yang ditawarkan apartemen juga menjadi daya tarik tersendiri, selain juga faktor kemudahan transportasi. Selain itu, luasan unit pun mulai banyak yang mengakomodasi pasangan baru, yaitu dengan luasan yang kecil, seperti 24-60 m2.