Intisari-Online.com - Budi Raharjo, perencana keuangan One Shildt Consulting, melihat banyak program dana pensiun di kantor tidak sesuai harapan.
Program pensiun dari perusahaan kebanyakan diputar dalam formula investasi yang konservatif.
Padahal, kebutuhan dana pensiun termasuk kebutuhan pokok yang harus direncanakan sedari dini dengan hitungan yang tepat. “Masa pensiun tidak bisa dianggap main-main karena merupakan masa pengangguran paling lama,” kata Budi.
Sebagai langkah awal, Anda bisa mencoba melobi pemberi kerja terkait formula investasi (dana pensiun lembaga keuanga) DPLK Anda.
Misalnya, formula investasi DPLK Anda saat ini lebih banyak diputar di instrumen pendapatan tetap dan pasar uang yang berimbal hasil konservatif.
Cobalah proaktif meminta pengkajian ulang rumus investasi agar lebih agresif dengan memilih instrumen ekuitas seperti reksadana saham. Ajak rekan kerja atau manfaatkan lobi serikat pekerja untuk menyuarakan inisiatif Anda.
Tanpa bersikap proaktif, formula investasi dana pensiun Anda akan berjalan apa adanya (default). Namun, seandainya langkah lobi itu tidak berhasil Anda tempuh, jangan keburu kesal dan putus asa.
Para perencana keuangan menilai, satu-satunya jalan adalah membarengi kepemilikan DPLK di kantor dengan menjalankan rencana pensiun sendiri. “Buat sendiri atau kombinasikan dengan yang sudah ada,” kata Mike Rini, perencana keuangan MRE Consulting.
DPLK di kantor yang sudah ada biarkan saja tetap berjalan sebagaimana mestinya. Hasilnya kelak akan bisa mendukung kekuatan dana pensiun Anda. (Ruisa Khoiriyah, Agung Jatmiko/kontan.co.id)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR