Bisnis Pemilu: Posisi Tawar Pedagang Naik Satu Level

Moh Habib Asyhad

Editor

Bisnis Pemilu: Posisi Tawar Pedagang Naik Satu Level
Bisnis Pemilu: Posisi Tawar Pedagang Naik Satu Level

Intisari-Online.com -Ada yang menarik dengan situasi jual-beli atribut Pemilihan Umum tahun ini. Berdasar cerita Bayu Putra, 33, pengusaha garmen yang banting setir tiap Pemilu datang, kondisinya bisa dibilang berbalik 180 derajat. Jika dulu posisi tawar partai, dalam bisnis pemilu, yang dominan, maka sekarang sebaliknya: posisi tawar pedagang naik satu level di atas partai.

Pada pemilu 1999, partai bisa memesan baju atau pernak-pernik lain kapan saja tanpa harus membayar uang muka terlebih dahulu. Jikapu ada yang membayar, porsinya tidak terlalu besar, paling-paling hanya 25 persen dari total biaya pembuatan. Sering kali, kondisi ini membuat pemesan kabur padahal pembayaran belum lunas

Tahun 2009 ada sedikit kabar bahagia bagi pedagang. Karena tidak mau lagi ditipu oleh beberapa oknum partai, para pedagang mulai menaikkan tawaran 50 persen untuk uang muka. Bayu sendiri mempunyai cerita unik di tahun itu, Caleg hanya berani membayar 25 persen saja, maka garmennya hanya mengerjakan sesuai uang muka tersebut.

“Seperti berjudi memang. Jika mereka berani bayarnya hanya 25 di awal, maka saya juga akan mengerjakan 25 persen. Meskipun pada akhirnya mereka meninggalkan saya dan memilih penyuplai yang lain,” ujar Bayu.

Tahun 2014 posisi tawar pedagang pernak-pernik pemilu semakin naik daun. Mereka tidak mau sekadar dibayar 50 persen untuk uang muka. Ada yang mau, tapi tidak banyak. Kebanyakan mematok uang muka sebesar 70 hingga 80 persen. Upaya ini dilakukan resmi sebagai pertimbangan bisnis. Mereka tidak mau lagi dikibuli oleh para Caleg yang melarikan sisa pembayarannya.

“Jangankan ketika kalah, pas menang saja masih ada yang kabur. Makanya, kita tidak mau mengalami itu,” ujar Cecep.

Bayu menambahkan, naiknya posisi tawar tidak lantas menjadikan pedagang dijauhi oleh para Caleg dan partai. Bayu yakin, setinggi apapun harga yang dipatok, tetap saja akan dikejar.

“Soalnya mereka butuh dukungan masa dan secara tidak langsung butuh kami sebagai pedagang dan penyedia alat kampanye mereka. Jadi kami tidak takut ditinggal pelanggan,” kata Bayu santai.