Intisari-Online.com - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Australia, Eropa, dan Inggris, yang dipimpin oleh University of Surrey, mengungkapkan, polusi dalam ruangan memiliki efek berbahaya yang dapat mematikan kesehatan dibandingkan polusi udara di luar ruangan.
Secara global, pada 2012, jumlah kematian karena polusi dalam ruangan jauh lebih banyak dibandingkan di luar ruangan. Sebanyak, 4,3 juta kematian telah dikaitkan dengan polusi udara dalam ruangan. Sedangkan polusi di luar ruangan, yakni 3,7 juta kematian.
Hal ini disebut sebagai “Sick Building Syndrome” (SBS), dimana orang-orang menampilkan sejumlah besar kondisi kesehatan yang drastis akibat menghirup polusi udara dalam ruangan.
Penduduk kota adalah yang biasanya terkena sindrom tersebut. Hal ini disebabkan karena mereka menghabiskan banyak waktu di dalam ruangan, baik itu di tempat kerja, rumah, sekolah, perguruan tinggi dan juga, dan berada pada risiko yang lebih tinggi tertular SBS.
Umumnya, kita berpikir “polusi udara” berasal dari asap abu-abu bercampur, seperti gas beracun yang meletus dari pabrik dan industri atau debit dari knalpot kendaraan.
Namun, rupanya polusi udara ada dalam berbagai bentuk, yang secara bertahap lebih dari bencana di luar ruangan. Kebanyakan berada dalam batas-batas aman dari rumah kita atau kantor, seperti asap dari memasak, merokok, cat, pernis, spora jamur, dan beberapa polusi berbahaya dalam ruangan.
Penelitian yang dimuat dalam jurnal Science of the Total Environmen bertujuan untuk memastikan bahwa bangunan harus memiliki sistem yang tepat untuk memantau tingkat polusi dalam ruangan. Hal ini menekankan pada kebutuhan untuk melindungi diri dari polusi berbahaya yang dapat mempengaruhi kita secara mental dan fisik.
Cara terbaik yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan teknologi dan menempatkan kebijakan yang bekerja sama untuk kemajuan kesehatan manusia dan pengendalian pencemaran udara.
(Techtimes.com)