Intisari-Online.com -Mundurnya Manuel Roxas dari persaingan merebutkan kursi presin membuat Rodrigo “Digong” Duterte secara resmi menjadi presiden baru Filipina. Laki-laki yang disebut sebagai “Donal Trump dari Asia” itu kemungkinan besar akan didampingi oleh Leni Robredo sebagai wakil presiden.
Sebelum mundurnya Roxas, lembaga pemantau penghitungan suara menunjukkan, Duterte unggul lebih dari lima juta suara. Berdasarkan data Parish Pastoral Council for Responsible Voting (PPCRV), Duterte mengantongi 14,8 juta suara dari 90% surat suara yang telah dihitung. Sementara itu, Manuel Roxas berada pada peringkat kedua dengan 9 juta suara.
PPCRV ditugasi komisi pemilihan umum untuk memantau penghitungan suara. Namun, laporan lembaga itu tidak mewakili hasil resmi. Meski demikian, hasil perhitungan suara sementara itu sudah cukup bagi Roxas untuk menyerah.
“Ada banyak tangisan di ruangan ini. Namun, saya katakan kepada Anda bahwa ini bukan saatnya menangis. Bagi negara kita, kita telah mengalami pengalihan kekuasaan yang damai dan sukses,” ujar Roxas.
Kandidat lainnya, Grace Poe, sudah terlebih dulu mengakui kekalahan. Ia berjanji “bekerja sama dalam proses pemulihan” setelah kelima kandidat bertarung sengit pada masa kampanye.
Donald Trump dari Asia
Digong Duterte terkenal dengan kalimatnya yang ceplas-ceplos dan asal sembur. Bahkan, kebiasannya itu juga menular tercermin dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya. Itulah sebabnya ia dijuluki “Donald Trump dari Asia”.
Seperti dilaporkan wartawan BBC yang ada di Manila, Duterte meraih banyak dukungan berkat janji-janjinya untuk menyingkirkan para pelaku kejahatan dan pejabat korup. Laki-laki berusia 71 tahun itu saat ini masih menjabat sebagai Wali Kota Davao itu juga berikrar untuk mengubah sistem presidensial menjadi sistem parlementer.
Di ranah kebijakan luar negeri, laki-laki yang juga disebut dengan “The Punisher” itu mengatakan akan menempuh perundingan multilateral untuk menyelesaikan perseteruan Laut China Selatan. Perundingan untuk menyelesaikan sengketa itu, menurutnya, harus mengajak serta Jepang, Australia, dan Amerika Serikat.
Jika tidak berhasil, Duterte bertekad untuk berlayar ke salah satu pulau buatan China dan menancapkan bendera Filipina di sana. China, kata Duterte, boleh menembaknya dan membuatnya menjadi pahlawan nasional.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana kelanjutan hubungan Filipina dan Indonesia pascaterpilihnya Duterte sebagai presiden baru?(Kompas.com)