Benarkah Kerajaan Islam Pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Benarkah kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak atau memang benar Kerajaan Samudera Pasai, yang jelas kerajaan Islam pertama di Indonesia berasal dari Tanah Aceh (Wikipedia Commons)
Benarkah kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak atau memang benar Kerajaan Samudera Pasai, yang jelas kerajaan Islam pertama di Indonesia berasal dari Tanah Aceh (Wikipedia Commons)

Artikel ini akan mencoba menjawab penasaran kita: benarkah kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak atau memang benar Kerajaan Samudera Pasai. Semoga bermanfaat.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Masih menjadi perdebatan hingga sekarang, benarkah kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak atau memang benar Kerajaan Samudera Pasai?

Mari kita jabarkan bersama-sama, pertama-tama Kerajaan Perlak lalu disusul Kerajaan Samudera Pasai. Yang unik, kedua kerajaan Islam ini berada di wilayah Sumatera bagian utara, persisnya di wilayah Aceh sekarang.

Baca Juga: Inilah Kerajaan Islam Tertua di Indonesia, antara Kerajaan Perlak dan Samudera Pasai, Mana yang Benar?

Kerajaan Perlak

Beberapa sumber menyebutkan, kerajaan Islam pertama di Nusantara atau Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak (atau Kesultanan Peureulak). Kerajaan ini sudah ada sejak abad ke-9, persisnya tahun 840.

Kerajaan Perlak runtuh pada 1292 dan bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai yang berdiri (maujud sekitar 1267). Lalu bagaimana riwayat Kerajaan Perlak?

Kerajaan Perlak merupakan kerajaan bercorak Islam di Sumatera yang ibu kotanya terletak di Aceh Timur. Kerajaan Perlak berdiri pada abad ke-9 hingga abad ke-13, atau lebih tepatnya antara tahun 840-1292 M.

Pendiri kerajaan ini adalahSultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah. Tak hanya di Indonesia, Kerajaan Perlak disebut sebagai kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara.

Meskipun begitu,banyak peneliti yang meragukannya karena bukti keberadaan Kerajaan Perlak sangat terbatas. Tak heran bila Kerajaan Samudera Pasai yang kerap dianggap sebagai kerajaan Islam di nusantara karena mempunyai banyak bukti yang meyakinkan.

Masa kejayaan Kesultanan Perlak berlangsung pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II, yang berkuasa antara 1230-1267 M. Di bawah kekuasaannya, Perlak mengalami kemajuan pesat, terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah.

Kerajaan Perlak berawal ketika rombongan dakwah yang disebut Nakhoda Khalifah dari Mekkah datang ke Perlak pada 800 M untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Salah satu anggota rombongan tersebut adalah Sayid Ali Al-Muktabar bin Muhammad Diba'i bin Imam Ja'far Al-Shadiq.

Dengan cara dakwah yang menarik, mereka berhasil mengislamkan penduduk setempat. Selain itu, sebagian rombongan mulai menikah dengan penduduk lokal, termasuk Sayid Ali Al-Muktabar.

Pernikahan Sayid Ali Al-Muktabar dengan Putri Tansyir Dewi dianugerahi putra bernama Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah. Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah inilah yang ketika dewasa mendirikan Kerajaan Perlak.

Sejak berdiri sampai bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai, terdapat 18 raja yang memerintah Kerajaan Perlak dengan gelar sultan. Para sultan Kerajaan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua dinasti, yaitu Dinasti Sayid Maulana Abdul Azis Syah dan Dinasti Johan Berdaulat.

Dengan berdirinya Kerajaan Perlak, semakin banyak orang Arab dari kalangan Syiah juga Sunni yang datang untuk berdagang. Kedua aliran ini bahkan terus menyebarkan pengaruhnya hingga timbul perlawanan terbuka pada masa pemerintahan Sultan Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 M).

Peperangan antara dua aliran ini terus berlangsung hingga akhirnya dapat diredam setelah dibuat perjanjian damai yang disebut dengan Perjanjian Alue Meuh. Perjanjian tersebut mengatur pembagian Kerajaan Perlak menjadi dua, yakni:

1. Perlak Baroh (Syiah) yang berpusat di Bandar Khalifah dengan wilayah dipesisir.

2. Perlak Tunong (Sunni) dengan wilayah di pedalaman.

Meskipun begitu, Islam Syiah tidak berkembang karena Perlak Baroh dihancurkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Kondisi inilah yang membangkitkan semangat bersatunya kembali kepemimpinan dalam Kesultanan Perlak.

Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat akhirnya ditetapkan sebagai Sultan ke-8 Perlak dan melanjutkan perlawanan terhadap Sriwijaya hingga 1006 M.

Kerajaan Perlak terkenal sebagai penghasil kayu Perlak, kayu berkualitas tinggi untuk bahan pembuatan kapal. Hasil alamnya ini yang menarik para pedagang dari Gujarat, Arab, dan India untuk datang hingga membuat Kerajaan Perlak berkembang menjadi bandar niaga yang maju.

Kondisi ini juga mendorong perkawinan antara para saudagar muslim dengan penduduk setempat, yang akhirnya membuat Perlak menjadi pusat penyebaran Islam di nusantara. Kerajaan Perlak kemudian mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II (1230-1267 M).

Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat, terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah. Kemunduran Kerajaan Perlak Ketika masih berkuasa, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II mengawinkan putrinya, Putri Ganggang Sari dengan raja Kerajaan Samudera Pasai, Malik Al-Saleh.

Kesultanan Perlak berakhir setelah rajanya yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat wafat pada 1292 M. Sejak saat itu, Kerajaan Perlak bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai.

Kerajaan Samudera Pasai

Yang kedua adalah Kerajaan Samudera Pasai, yang juga disebut sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Samudera Pasai berkuasa dari abad ke-13 hingga abad ke-16. Lokasi kerajaan Samudera Pasai berada didi pesisir utara Sumatera, tepatnya di Kota Lhokseumawe, Aceh, sekarang. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin al-Kamil, seorang laksamana dari Mesir.

Nazimuddin kemudian mengangkat Marah Silu sebagai pemimpin pertama Samudera Pasai dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh. Meskipun begitu, Marah Silu yang diakui sebagai pendiri dan pemimpin pertama Samudera Pasai.

Sementara raja atau sultan yang berhasil membawa Samudera Pasai pada puncak kejayaan yaitu Sultan Mahmud Malik Az Zahir, yang berkuasa dari tahun 1326-1345. Bukti keberadaan Kerajaan Samudera Pasai dapat ditemukan dari catatan Marcopolo dan catatan Ibnu Battutah.

Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan karena letaknya strategis di dekat Selat Malaka. Di abad ke-13, Selat Malaka merupakan jalur perdagangan internasional yang dilalui pedagang dari Jazirah Arab, India, dan China.

Menurut catatan Ibnu Battutah, dapat dipastikan bahwa Kerajaan Samudera Pasai berdiri lebih awal dibandingkan dinasti Usmani di Turki, kira-kira pada tahun 1297. Perkiraan tersebut dikuatkan dengan catatan Marcopolo, seorang saudagar dari Venesia, Italia, yang singgah di Samudera Pasai pada 1292.

Marcopolo menerangkan bahwa telah melihat keberadaan kerajaan Islam yang berkembang pada waktu itu, yakni Samudera Pasai dengan ibukota Pasai. Selain dua catatan tersebut, sejarah Kerajaan Samudera Pasai juga dapat dilacak dari Hikayat Raja Pasai.

Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari dua kerajaan, yakni Samudera dan Pasai. Penggabungan tersebut dilakukan oleh Marah Silu, raja pertama dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh yang memimpin dari tahun 1285-1297.

Setelah Marah Silu wafat, digantikan oleh putranya bernama Sultan Muhammad yang bergelar Malik Al Tahir (1297-1326). Baca Juga: Selain Pusat Penyebaran Islam Ini Peran Penting Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai mengalami perkembangan perekonomian yang cukup pesat akibat dari kondisi memiliki peranan sebagai bandar transit. Letaknya sangat strategis di Selat Malaka yang dilintasi para pedagang dari berbagai penjuru dunia.

Masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai berlangsung saat dipimpin oleh Mahmud Malik Az Zahir. Sultan Mahmud Malik Az Zahir adalah raja ketiga Samudera Pasai yang memerintah dari tahun 1326-1345.

Dia meneruskan mempimpin setelah Marah Silu atau Sultan Malik Al Saleh (raja pertama) dan Sultan Muhammad Malik Az Zahir atau Sultan Malik al Tahir I (raja kedua). Pada masa kepemimpinannya Kerajaan Samudera Pasai mengalami perkembangan pesat dan terus menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan Islam di India maupun Arab.

Puncak kejayaan Kerajaan Samudera Pasai juga ditandai dengan aktivitas perdagangan yang sudah maju, ramai, dan menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran. Koin emas yang disebut dirham ini pertama kali diperkenalkan oleh Sultan Muhammad Malik Az Zahir, ayah Mahmud Malik Az Zahir, dan kemudian digunakan secara resmi di kerajaan.

Pada masa kejayaannya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan penting di kawasan nusantara. Samudera Pasai memiliki banyak bandar yang dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab, dan Persia.

Kerajaan ini juga dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terkemuka di dunia dengan lada sebagai komoditas andalannya. Tak hanya itu, Samudera Pasai juga menjadi produsen sutra, kapur barus, dan emas.

Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam.

Latar belakang Kerajaan Samudra Pasai dijuluki Serambi Mekkah disebabkan oleh diterapkannya aturan-aturan hukum Islam sehingga memiliki kesamaan dengan masyarakat Arab. Menurut Ibnu Batutah, Sultan Samudera Pasai disebut sebagai sosok yang menjunjung tinggi agama dan berhasil mengislamkan penduduk di daerah-daerah sekitarnya.

Masa kejayaan Samudera Pasai juga dipengaruhi oleh lemahnya pengaruh Kerajaan Sriwijaya.

Seiring perkembangan zaman, Samudera Pasai mengalami kemunduran. Ada beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai.

Di antaranya adalah menjadisasaran Kerajaan Majapahit yang berambisi menyatukan nusantara; kemudian munculnya pusat politik dan perdagangan baru di Malaka yang letaknya lebih strategis; hinggalahirnya Kerajaan Aceh Darussalam, yang kemudian mengambil alih penyebaran agama Islam.

Begitulah semoga bisa menjawab penasaran kita, benarkah kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Perlak atau memang benar Kerajaan Samudera Pasai. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: Bagaimana Perlakuan Para Penerjemah buku Di Masa Dinasti Bani Abbasiyah?

slide 8 to 10 of 6

Artikel Terkait