Sebutkan Peran Tokoh-tokoh dalam Perang Jagaraga di Bali 1848-1849

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Pasukan Belanda dalam Perang Jagaraga. Artikel ini tentang peran tokoh-tokoh dalam Perang Jagaraga di Bali 1848-1849. Semoga bermanfaat (Wikipedia Commons)
Pasukan Belanda dalam Perang Jagaraga. Artikel ini tentang peran tokoh-tokoh dalam Perang Jagaraga di Bali 1848-1849. Semoga bermanfaat (Wikipedia Commons)

Artikel ini tentang peran tokoh-tokoh dalam Perang Jagaraga di Bali 1848-1849. Semoga bermanfaat untuk para pembaca.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Ada beberapa tokoh penting yang terlibat dalam Perang Jagaraga di Bali. Tiap-tiap tokoh tentu punya perannya masing-masing.

Artikel ini akan sebutkan peran tokoh-tokoh ini dalam Perang Jagaraga di Bali 1848-1849.

Mengutip Kompas.com,Perang Jagaraga atau yang dikenal dengan Perang Bali II merupakan perang yang dilakukan Patih Jelantik bersama rakyat Buleleng melawan Belanda di Bali. Terjadinya Perang Jagaraga karena pemerintah kolonial Hindia Belanda ingin menghapuskan hak tawan karang yang berlaku.

Baca Juga: Hak Tawan Karang, Bara Api yang Memicu Perang Puputan di Bali

Tawang Karang merupakan tradisi Bali di mana kapal yang karam dan terdampar di pesisir Bali adalah hak raja setempat. Perang Jagaraga terjadi pada 1848 hingga 1849.

Perang Jagaraga disebabkan oleh ketidaktaatan Raja Buleleng, I Gusti Ngurah Made Karangasem, dan Maha Patih I Gusti Ketut Jelantik pada perjanjian damai atas kekalahan perang Buleleng pada 1846.

Perjanjian itu ditandatangani oleh Raja Buleleng dan Raja Karangasem yang membantu Perang Buleleng. Perjanjian itu isinya sebagai berikut:

- Kedua kerajaan harus mengakui ada di bawah kekuasaan Gubernemen dan mengakui raja Belanda sebagai tuannya.

- Tidak boleh membuat perjanjian dengan bangsa kulit putih lainnya.

- Segera menghapus peraturan Tawan Karang.

- Membayar biaya perang besar 300.000 gulden, raja Beleleng dibebankan 2/3 sedangkan raja Karangasem 1/3 yang harus dilunasi dalam kurun waktu 10 tahun.

Kronologi

Setelah Perang Buleleng selesai, I Gusti Ngurah Made Karangasem, I Gusti Ketut Jelantik, pimpinan pasukan dan para prajurit memindahkan Kerajaan Buleleng ke Desa Jagaraga. Pilihan pemindahan Kerajaan Buleleng ke Desa Jagaraga karena desa tersebut memiliki beberapa kelebihan.

Di antaranya karenamedannya berbukit dan banyak jurang untuk melaksanakan serangan mendadak. Tak hanya itu, jalan penghubung ke desa itu cuma ada satu, yakni melalui Desa Sangsit, sehingga musuh mudah diintai.

Selain itu, jarakJagaraga-Pabean relatif pendek, sehingga mudah mengetahui pergerakan Belanda. Alasan lainnya, istri I Gusti Ketut Jelantik berasal dari Desa Jagaraga memiliki naluri perang.

Selama di Jagaraga, I Gusti Ketut Jelantik, I Gusti Ngurah Made Karangasem (Raja Buleleng), dengan dibantu oleh Jro Jempiring sudah menyusun strategi perang dalam kurun waktu 1846-1848.

Di antaranya menyusun benteng pertahan di sekitar Jagaraga, melatih teknik berperang kepada prajurit-prajurit Buleleng dan Jagaraga, juga membangkitkan semangat warga Jagaraga untuk berperang dan menggunakan rumah mereka sebagai lokasi penyimpanan logistik perang.

Supaya skalanya lebih besar, para pembesar Kerajaan Buleleng itu juga meminta dukungan kepada raja-raja di Bali lain, seperti Raja Karangasem, Raja Gianyar, Raja Klungkung, Raja Mengwi, dan Raja Jembrana beserta dengan persenjataannya.

Strategi perang yang digunakan adalah Supit Surang Makara Wyuhana, yaitu strategi perang yang digunakan oleh Prabu Yudhistira dalam cerita Bharata Yudha. Dibelakang tembok benteng menjadi pusat markas dan komando I Gusti Ketut Jelantik berdiri Pura Dalem Segara Madu Jagaraga.

Belanda tidak pernah merasalan kenyaman dan keamanan selama menguasai Buleleng. Karena I Gusti Ketut Jelantik selalu membuat huru-hara di sekitar Buleleng dan Pabean.

Mereka merampok kapal-kapal Belanda di Pelabuhan Pabean, memboikot penjualan bahan makanan kepada serdadu Belanda, dan melanggar semua perjanjian yang disepakati pada perang Buleleng.

Perang Jagaraga I

Pada 8 Juni 1848, Belanda melakukan penyerbuan melalui Pelabuhan Sangsit dengan kekuatan 22 kapal perang yang dilengkapi meriam. Dalam aksi ini, sebanyak 250 serdadu Belanda tewas. Hal ini menandai, kekalahan Belanda pada Perang Jagaraga pertama.

Ada beberapa faktor kenapa pasukan Bali memenangkan Perang Jagaraga I. Di antaranyaadanya jiwa patriotisme prajurit Jagaraga bersama sekutunya yang sangat tinggi. Prajurit juga mentaati perintah perang I Gusti Ketut Jelantik, Raja Buleleng, dan Jro Jempiring.

Tak lupa, pasukan Bali melakukanserangan terpadu dengan tangguh dan kuat. Faktor yang juga sangat penting, mereka ternyata mampu menggunakan senjata bus (bedil bus), berupa meriam tradisional yang diletakkan di benteng utama.

Dengan begitu,siasat perang berjalan sesuai rencana, di mana dapat menggiring pasukan Belanda masuk perangkap ke benteng Supit Surang (Makara Wyuhana). Belanda juga menganggap remeh prajurit Jagaraga serta sekutunya.

Di kalangan Belanda sendiri, mereka ternyata tak begitu mengenal medan pertempuran Jagaraga. Sehingga mereka tidak mampu melakukan konsolidasi dengan baik.

Perang Jagaraga II

Setelah kemenangan Perang Jagaraga I, I Gusti Ketut Jelantik menyadari bahwa Belanda akan melakukan serangan balasan. Untuk itu, I Gusti Ketut Jelantik dan Jro Jempiring selalu membakar semangat patriotirme para prajurit dan melakukan latihan perang bersama prajurit dan sekutu-sekutunya.

Upaya lain adalah meningkatkan logistik dan peralatan perang dan selalu waspada jika terjadi serangan musuh yang sifatnya mendadak.

Sementara di Batavia, pada April 1849, Pemerintah Belanda melakukan persiapan kedua untuk menggempur prajurit Jagaraga. Pemimpin Perang Jagaraga kedua Pemerintah Hindia Belanda adalah Jenderal Michiels dan Letkol CA de Brauw dengan kekuatan 60 kapal dan senjata moderen lengkap.

Sebelum perang, mereka mengirim pasukan khusus untuk mempelajari sistem strategi perang yang digunakan I Gusti Ketut Jelantik.

Jenderal Michiels juga mencari petunjuk jalan untuk melakukan gerakan memutar ke belakang lambung sebelah barat benteng pertahanan utama Jagaraga. Strategi yang tidak pernah disadari oleh I Gusti Ketut Jelantik, Raja Buleleng, dan Jro Jempiring.

Pada tanggal 14 April 1849, armada Belanda sudah mendarat di Pelabuhan Pabean dan Pelabuhan Sangsit untuk melakukan serangan dari dua arah. Mengetahui kedatangan Belanda, I Gusti Ketut Jelantik bersama pasukannya menuju Pelabuhan Pabean untuk melakukan perdamaian dengan Belanda.

Namun utusan Jenderal Michiels menolak permintaan I Gusti Ketut Jelantik. Karena, pihak Belanda mengetahui itu siasat dan taktik I Gusti Ketut Jelantik untuk mengulur waktu agar dapat berkonsolidasi dan meminta bantuan pasukan kepada raja-raja Bali.

Saat, I Gusti Ketut Jelantik bersama Raja Buleleng serta pasukannya pulang menuju Desa Jagaraga, ternyata benteng-benteng Jagaraga sudah diserang habis-habisan oleh Belanda di bawah pimpinan Letkol CA de Brauw.

I Gusti Ketut Jelantik dengan Raja Buleleng lari ke Karangasem bermaksud meminta bantuan pasukan Raja Karangasem, namun di tengah perjalanan mereka diserang secara mendadak dan gugur.

Pertempuran Jagaraga dipimpin Jro Jempiring yang dibantu sejumlah prajurit, yaitu pimpinan prajurit Jembrana (Pan Kelab), pimpinan prajurit Mengwi Gusti Nyoman Munggu, pimpinan prajurit gabungan Gianyar dan Klungkung dipimpin Cokorda Rai Puri Satria.

Jro Jempiring sudah menginstruksikan perang Puputan dengan mengendus dua buah keris. Dalam pertempuran itu, tidak ada satupun pasukan Jagaraga yang mundur atau melarikan diri.

Hasil pertempuran ini, semua pasukan Jagaraga gugur dan Bentang Jagaraga jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 19 April 1849. Sejak saat itu, Belanda berhasil menguasai Bali Utara.

Peran masing-masing tokoh dalam Perang Jagaraga

Secara garis besar,peran tokoh-tokoh dalam Perang Jagaraga di Bali adalah sebagia berikut:

- I Gusti Ketut Jelantik: Sebagai patih Kerajaan Buleleng, I Gusti Ketut Jelantik memimpin perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda. Ia menyusun strategi perang, melatih prajurit, dan membangun benteng pertahanan.

- I Gusti Ngurah Made Karangasem: Raja Buleleng yang memimpin perlawanan terhadap Belanda.

- Jro Jempiring: Pemimpin prajurit yang berperan penting dalam strategi perang dan mempertahankan Jagaraga.

- Jenderal Michiels: Pemimpin pasukan Belanda dalam serangan kedua ke Jagaraga.

- Letkol C.A. de Brauw: Pemimpin divisi Belanda yang menyerang benteng Jagaraga.

Perang Jagaraga merupakan perang puputan yang terjadi pada tahun 1848–1849. Perang ini merupakan salah satu pertempuran terkenal di Bali yang menunjukkan semangat patriotisme tinggi.

Itulah artikel tentangperan tokoh-tokoh dalam Perang Jagaraga di Bali 1848-1849. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: Hikayat Puputan Margarana, Wujud Semangat Rakyat Bali dalam Menegakkan Kedaulatan RI

Artikel Terkait