Artikel ini tentang sistem among merupakan hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara. Semoga bermanfaat.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Salah satu ide menarik dari Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara adalah sistem among. Dia juga adalah pendiri Taman Siswa.
Sistem among merupakan hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantaram, bagaimana penjelasannya?
Menurut bukuSeni Berpikir & Bertindak Besar (2020) oleh Miftakhuddin, sistem among Ki Hajar Dewantara merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan, karena metode pengajaran dan pendidikan tersebut didasarkan pada asih, asah, dan asuh.
Among berasal dari bahasa Jawa (mong, momong, atau ngemong), yang artinya mengasuh anak dengan penuh pengayoman. Artinya, para guru atau para pengajar adalah seorang pamong, karena mereka bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjaang waktu dengan kasih sayang.
Sistem Among sering dikatkan dengan asas yang berbunyi: "tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngraso sung tuladha". Asas ini telah banyak dikenal oleh masyarakat daripada Sistem Among, karena banyak dari anggota masyarakat yang belum memahaminya.
Bahwa yang sebenarnya paling dominan dalam Sistem Among adalah semboyan tut wuri handayani (yang di belakang memberikan dorongan), bukan ing madya mangun karsa (yang di tengah membangun semangat) atau pun ing ngarsa sung tuladha (yang di depan memberikan contoh).
Selain itu, tujuan dari Sistem Among adalah membangun anak didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, berbudi luhur, cerdas dan berketrampilan.
Praktik pelaksanaan Sistem Among, setelah anak didik menguasai ilmu, adalah mendorong siswa mampu memanfaatkan ilmunya dalam masyarakat, atas dasar cipta, rasa, dan karsa. Itulah penjelasan mengenai penggagas dan pengertian dari Sistem Among.
Riwayat hidup Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pergerakan yang dikenal keras terhadap Belanda. Pamornya semakin naik ketika pangeran dari Pakualaman ini mendirikan sebuah sekolahyang diberi nama Taman Siswa, yang bertujuan untuk mencerdaskan rakyat pribumi.
Lewat Taman Siswa, Ki Hajar meyakinibahwa pendidikan dan pengetahuan adalah kunci mencapai kemerdekaan. Sebagai penghormatan atas jasa dan perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan pada masa penjajahan, tanggal lahirnya pada 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ki Hajar Dewantara yang dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia juga telah dianugerahi gelar Pahlawan Nasional sejak 28 November 1959.
Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan nama Soewardi Soerjaningrat. Ayahnya Soerjaningrat dan Raden Ayu Sandiah.
Keluarga Ki Hajar Dewantara masih trah Mataram. Dia adalah cucu GPH Sasraningrat atau KGPAA Paku Alam III. Terlahir sebagai keturunan bangsawan, Ki Hajar Dewantara mendapatkan privilese di dunia pendidikan.
Pendidikan formalnya dimulai di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar untuk anak-anak Eropa. Pada masa itu, tidak semua rakyat pribumi bisa bersekolah.
Ki Hajar Dewantara sempat bersekolah di Kweek School (Sekolah Guru) di Yogyakarta, sebelum akhirnya melanjutkan ke School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen (STOVIA), atau kerap disebut Sekolah Dokter Jawa, di Jakarta.
Tapi karena masalah kesehatan, Ki Hajar Dewantara tidak dapat menamatkan sekolahnya di STOVIA.
Ki Hajar Dewantara memulai perjalanan kariernya sebagai seorang jurnalis. Dalam menulis, Ki Hajar Dewantara begitu komunikatif dan halus, tetapi di saat yang sama sangat tajam dalam melempar kritik kepada pemerintah kolonial Belanda.
Dia menulis untuk beberapa surat kabar, antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Selain mengkritik pemerintah Belanda melalui tulisan, Ki Hajar Dewantara juga aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui organisasi. Perannya dalam perjuangan bangsa Indonesia dapat ditelusuri melalui organisasi Budi Utomo.
Di Budi Utomo, Ki Hajar Dewantara berperan sebagai tokoh propaganda yang bertugas menyadarkan pribumi untuk bersatu agar mencapai kemerdekaan.
Aktif dalam dunia jurnalistik dan organisasi menyadarkannya pada pentingnya nasionalisme, yang membuatnya berakhir sebagai seorang aktivis kemerdekaan. Bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara mendirikan organisasi bernama Indische Partij (IP) pada 25 Desember 1912.
Mereka bertiga dikenal sebagai Tiga Serangkai.
Aktif dalam organisasi ini membuat Ki Hajar Dewantara semakin sadar akan pentingnya pengetahuan dan pendidikan untuk rakyat pribumi dalam mencapai kemerdekaan. Setelah Indische Partij tidak mendapat izin dari pemerintah Hindia Belanda dan dibubarkan, Ki Hajar Dewantara mendirikan Komite Boemipoetra pada 1913.
Tujuan didirikannya Komite Boemipoetra adalah untuk melancarkan kritik terhadap pemerintah Belanda yang hendak merayakan 100 tahun kebebasannya dari penjajahan Perancis.
Ki Hajar Dewantara menyampaikan kritik terhadap perayaan tersebut melalui tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).
Akibat tulisan tersebut, Ki Hajar Dewantara bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo, yang sama-sama aktif melempar kritik, ditangkap oleh Belanda. Tiga Serangkai, termasuk Ki Hajar Dewantara, akhirnya dibuang ke negeri Belanda.
Setelah bebas dari pengasingan,Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah sekolah di Yogyakarta yang diberi nama Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa), pada 3 Juli 1922.
Lembaga pendidikan ini memberikan kesempatan bagi para pribumi kelas bawah untuk bisa memperoleh pendidikan seperti halnya para priayi maupun orang-orang Eropa. Pada hari yang sama, diketahui pula nama Ki Hajar Dewantara secara resmi digunakan menggantikan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.
Ki Hajar Dewantara mengganti namanya dan menanggalkan gelar kebangsawanannya agar dapat lebih dekat dengan rakyat. Melalui Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara berupaya menggabungkan pendidikan bergaya Eropa dengan nilai-nilai tradisional Jawa.
Di sekolah ini pula, ia menyadarkan pribumi tentang hak mereka untuk mendapat pendidikan. Ki Hajar Dewantara dikenal mencetuskan semboyan pendidikan, "Tut Wuri Handayani", yang masih diterapkan sampai saat ini.
Semboyan dalam bahasa Jawa tersebut berbunyi, "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Makna semboyan tersebut adalah, di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik, di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan inisiatif atau semangat, dan dari belakang, seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.
Di tengah kesimbukannya membangun Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara juga masih rajin menulis. Lewat tulisan-tulisannya, Ki Hajar Dewantara meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi Indonesia.
Meski pemerintah Belanda sempat berupaya melemahkan pengaruh Ki Hajar Dewantara, perjuangannya tidak bisa dipadamkan. Setelah Indonesia merdeka, perjuangannya di bidang politik dan pendidikan memperoleh penghargaan dari pemerintah Republik Indonesia.
Pemerintah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1950.
Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959 dan dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Brata, Yogyakarta. Pada 28 November 1959, Pemerintah RI menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional.
Di tahun yang sama, dia juga mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sebagai penghargaan atas jasanya dalam dunia pendidikan, tanggal lahir Ki Hajar Dewantara pada 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Inilah penjelasan sistem among merupakan hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara. Semoga bermanfaat.