Reog Ponogoro Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Reog Ponorogo telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO. Penetapan ini diumumkan di Uruguay (Kompas/P Raditya Mahendra Yasa)
Reog Ponorogo telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO. Penetapan ini diumumkan di Uruguay (Kompas/P Raditya Mahendra Yasa)

Reog Ponorogo telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO. Penetapan ini diumumkan di Uruguay.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Kabar bahagia datang dari Asuncion, Paraguay. Reog Ponogoro akhirnya ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Mengutip Kompas.ID, penetapan inidilakukan dalam Sidang Ke-19 Komite untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak Benda atau 19th Session of the Committee for the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage UNESCO yang berlangsung di Asuncion, Paraguay, Selasa (3/12/2024) waktu setempat.

Seperti kita tahu,Reog Ponorogo adalah kesenian dari Jawa Timur yang biasanya ditampilkan dalam berbagai kegiatan, seperti acara pernikahan, hari raya, dan pesta rakyat. Iamengalami berbagai ancaman kepunahan.

Pegiat kesenian ini didominasi orang-orang berusia lanjut. Sementara generasi muda lebih banyak memilih seni pertunjukan kontemporer. Karena itu, kesenian tersebut memerlukan perlindungan agar tak punah. Sebelum menetapkan reog ponorogo sebagai warisan budaya dunia tak benda, ketua sidang, Nancy Ovelar de Gorostiaga, mempertanyakan persetujuan kepada para peserta sidang.

Karena tidak ada yang keberatan, penetapan tersebut pun dilakukan secara aklamasi. "Kami mengadopsinya secara keseluruhan untuk disetujui," ujar Nancy yang diikuti ketukan palu mengesahkan penetapan tersebut. Penetapan ini pun disambut tepuk tangan para peserta sidang.

Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Mohamad Oemar yang hadir dalam sidang itu menyampaikan penghargaan sebesar-besarnya atas ditetapkannya reog ponorogo dalam daftar warisan budaya dunia tak benda. Sebab, kesenian itu membutuhkan perhatian dan pelindungan.

"Pengakuan ini tidak hanya menyoroti pentingnya seni, tetapi juga pendidikan untuk melestarikan identitas budaya Indonesia yang kaya bagi generasi mendatang," katanya.

Melalui rekaman video yang ditayangkan dalam sidang, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengutarakan, reog ponorogo jadi simbol kuat dan ikonik dari warisan budaya Indonesia yang kaya. Ia berterima kasih dengan penetapan kesenian itu dalam kategori urgent safeguarding list.

"Pengakuan ini tidak hanya menjadi sumber kebanggaan yang besar, tetapi juga pengingat tentang tanggung jawab kolektif untuk melestarikan kekayaan budaya ini bagi generasi mendatang," ujarnya.

Sejarah Reog Ponorogo

Reog adalah tarian tradisional di arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat dan mengandung unsur magis. Penari utamanya merupakan orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping, disertai reog asli Indonesia.

Reog merupakan salah satu seni budaya dari Jawa Timur bagian barat-laut, dan Ponorogo dianggap sebagai kota asalnya. Sesuai namanya, Reog Ponorogo merupakan kebudayaan asal Ponorogo, Jawa Timur.

Reog Ponorogo adalah seni tradisional yang dikenalmasyarakat Ponorogo sebagai Barongan. Tarian ini menampilkan sosok topeng macan berhias bulu merak berukuran sangat besar.

Topeng tersebut dikenakan penari dengan gerakan meliuk-liuk. Pertunjukan Reog Ponorogo sering ditampilkan di berbagai acara, seperti pernikahan, perayaan hari jadi, hingga festival kesenian.

Dari berbagai sumber, Reog Ponorogo berawal dari Kelana Suwandana, raja Kerajaan Bantarangin, yang ingin melamar putri Kerajaan Kediri. Nama putri tersebut adalah Dewi Ragil Kuning atau Putri Sanggalangit.

Ketika melakukan perjalanan untuk melamar sang putri, sang raja dicegah oleh Raja Kediri bernama Singa Barong. Kehadiran Raja Kediri ini disertai pasukan tentara yang terdiri dari hewan singa dan burung merak.

Sementara itu, Raja Kelana bepergian bersama wakilnya, Bujang Anom dan pengawal raja yang disebut warok. Para pengawal raja ini memiliki kekuatan ilmu hitam yang mampu mematikan lawan.

Para warok memakai celana dan baju hitam sambil membawa senjata cemeti dan pecut. Kedua kubu kerajaan kemudian saling bertarung mengeluarkan kesaktian. Selama berhari-hari pertarungan, keduanya saling berdamai. Akhirnya Raja Kelana berhasil meminang Dewi Ragil Kuning.

Perang yang terjadi antara merak dan singa melawan warok ini kemudian menjadi pertunjukan seni. Bisa dikatakan, Reog Ponorogo menceritakan perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Bantarangin.

Artikel Terkait