Nasib Para Pengikut Diponegoro Usai Sang Pangeran Ditangkap Oleh De Kock

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Pangeran Diponegoro
Ilustrasi - Pangeran Diponegoro

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Angin berbisik pilu di antara rerimbunan pohon jati, mengiringi kepergian sang Pangeran Diponegoro, elang Jawa yang gagah berani. Langit sore memerah, seolah meneteskan darah perjuangan yang telah lama berkobar.

Pada tanggal 28 Maret 1830, di Magelang, tirai drama Perang Jawa pun jatuh. Pangeran Diponegoro, singa yang mengaum lantang menentang penjajahan Belanda, terjebak dalam perangkap licik Jenderal De Kock.

Dengan dalih perundingan damai, sang Pangeran diundang ke kediaman Residen Kedu. Namun, alih-alih menemukan kata sepakat, beliau justru diringkus dan dibuang ke Manado, lalu Makassar, hingga akhir hayatnya.

Penangkapan Pangeran Diponegoro bagaikan petir di siang bolong, menyambar semangat juang para pengikutnya.

Api perlawanan yang semula berkobar bak neraka jahanam kini meredup, menyisakan bara dalam sekam.

Para pengikut setia, yang selama ini bertempur dengan gagah berani di bawah panji-panji sang Pangeran, kini terombang-ambing dalam ketidakpastian. Mereka bagaikan anak ayam kehilangan induknya, tercerai-berai, dan diburu oleh pasukan Belanda yang bengis.

Lika-liku Jalan Pengabdian

Nasib para pengikut Pangeran Diponegoro pasca penangkapannya sungguh beragam, penuh liku, dan diwarnai dengan kepedihan.

Sebagian besar memilih untuk kembali ke kampung halamannya masing-masing, mencoba menata kembali kehidupan yang telah porak-poranda akibat perang.

Mereka hidup dalam bayang-bayang ketakutan, khawatir akan ditangkap dan dihukum oleh Belanda. Luka perang, baik fisik maupun batin, membekas dalam sanubari mereka, menjadi pengingat akan masa lalu yang kelam.

Ada pula yang memilih untuk tetap melanjutkan perjuangan secara gerilya, meskipun tanpa pemimpin. Mereka bersembunyi di hutan-hutan belantara, di lereng-lereng gunung, dan di pelosok-pelosok desa, menanti saat yang tepat untuk kembali bangkit melawan penjajah.

Namun, perjuangan mereka semakin berat, karena Belanda semakin gencar melakukan operasi penumpasan. Banyak di antara mereka yang gugur sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, jasadnya terkubur di tanah Jawa yang mereka cintai.

Sebagian pengikut Pangeran Diponegoro yang lain memilih jalan yang berbeda. Mereka bergabung dengan kelompok-kelompok perlawanan lain yang bermunculan di berbagai daerah, seperti Perang Padri di Sumatera Barat dan Perang Banjar di Kalimantan Selatan.

Mereka membawa semangat perjuangan Pangeran Diponegoro ke medan perang yang baru, berharap dapat meneruskan cita-cita sang pemimpin untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi.

Pahlawan dalam Bayang-bayang

Di antara para pengikut Pangeran Diponegoro, terdapat beberapa nama yang patut dikenang karena kesetiaan dan keberanian mereka.

Salah satunya adalah Sentot Prawirodirdjo, panglima perang yang gagah berani dan cerdas.

Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, Sentot Prawirodirdjo terus memimpin perlawanan gerilya di daerah Bagelen.

Ia dikenal dengan strategi perang gerilyanya yang cerdik, sehingga membuat Belanda kewalahan. Namun, pada akhirnya, Sentot Prawirodirdjo juga tertangkap dan dibuang ke Bengkulu.

Selain Sentot Prawirodirdjo, terdapat pula Kyai Mojo, seorang ulama kharismatik yang menjadi penasihat spiritual Pangeran Diponegoro.

Kyai Mojo memiliki pengaruh yang besar di kalangan rakyat, sehingga banyak yang bergabung dengan pasukan Diponegoro atas seruannya.

Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, Kyai Mojo melanjutkan perjuangan di daerah Kedu. Namun, ia pun akhirnya tertangkap dan dibuang ke Tondano, Sulawesi Utara.

Nyi Ageng Serang, seorang perempuan pemberani yang memimpin pasukan wanita dalam Perang Jawa, juga merupakan sosok yang patut dikenang.

Ia dikenal dengan keberaniannya dan kemampuannya dalam strategi perang. Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap, Nyi Ageng Serang terus berjuang di daerah Purwodadi.

Namun, ia pun akhirnya tertangkap dan dibuang ke Ternate.

Jejak-jejak Kepahlawanan yang Abadi

Meskipun Perang Jawa berakhir dengan kekalahan, semangat perjuangan Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya tetap hidup di hati rakyat Jawa.

Kisah kepahlawanan mereka menjadi legenda yang diwariskan dari generasi ke generasi. Nama-nama seperti Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirdjo, Kyai Mojo, dan Nyi Ageng Serang terukir dalam tinta emas sejarah bangsa Indonesia.

Perjuangan Pangeran Diponegoro dan para pengikutnya memberikan inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya untuk terus berjuang melawan penjajahan dan menegakkan kemerdekaan.

Semangat patriotisme, keberanian, dan pengorbanan mereka menjadi teladan bagi bangsa Indonesia dalam membangun negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Sumber:

Carey, P. B. R. (1981). Babad Diponegoro. Kuala Lumpur: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society.

Sagimun, M. D. (1976). Pangeran Diponegoro: Pahlawan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ricklefs, M. C. (2001). A History of Modern Indonesia Since c. 1300. Stanford: Stanford University Press.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait