Mimpi 'Marlyn Monroe' Indonesia Menggantungkan Harapan di Hollywood

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Nurmaningsih dijuluki Marlyn Monroe Indonesia artis seksi pertama di tanah air.
Nurmaningsih dijuluki Marlyn Monroe Indonesia artis seksi pertama di tanah air.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-online.com - Di bawah langit malam yang bertabur bintang, di kota Surabaya yang masih berbalut aroma kolonial, lahirlah seorang gadis bernama Nurnaningsih.

Takdir telah menenun benang emas dalam hidupnya, menuntunnya menuju panggung gemerlap dunia perfilman.

Sejak kecil, Nurnaningsih telah menggantungkan cita-citanya setinggi bintang di langit, menjadi seorang aktris ternama, bahkan hingga ke Hollywood. Mimpi itu bersemi di hatinya, tumbuh seiring usianya, dan bermekaran dalam setiap langkahnya.

Nurnaningsih muda, dengan sorot mata yang tajam dan senyum yang memikat, melangkahkan kaki ke dunia perfilman Indonesia di era 50-an. Ia menjelma menjadi primadona layar lebar, mencuri perhatian dengan bakat aktingnya yang luar biasa.

Namanya bersinar bak bintang kejora, menghiasi judul-judul film populer seperti "Krisis" dan "Harimau Tjampa".

Di film "Harimau Tjampa", keberaniannya mendobrak norma dengan tampil setengah telanjang, menjadikannya ikon keberanian dan simbol emansipasi wanita Indonesia.

Namun, mimpi Nurnaningsih tak berhenti di Nusantara. Ia mendambakan panggung yang lebih luas, ingin namanya terukir di Hollywood, pusat industri perfilman dunia.

Bayangan dirinya beradu akting dengan bintang-bintang Hollywood, seperti Marilyn Monroe yang menjadi idolanya, selalu memenuhi relung hatinya.

Di masa itu, Hollywood bagaikan dunia yang jauh, sebuah mimpi yang nyaris mustahil bagi seorang aktris Indonesia. Namun, Nurnaningsih bukanlah gadis yang mudah menyerah.

Ia percaya pada kekuatan mimpi, pada tekad yang membara, dan pada bakat yang diasahnya dengan penuh dedikasi.

Ia terus mengasah kemampuan aktingnya, mempelajari bahasa Inggris dengan giat, dan mengikuti perkembangan dunia perfilman Hollywood. Ia membaca majalah-majalah film impor, menonton film-film Hollywood yang diputar di bioskop-bioskop elit, dan mempelajari gaya akting para bintangnya.

Nurnaningsih juga aktif menjalin relasi dengan para sineas dan ekspatriat yang bermukim di Indonesia. Ia menghadiri pesta-pesta koktail, pemutaran film, dan acara-acara sosial lainnya, berharap bisa bertemu dengan orang-orang yang dapat membantunya mewujudkan mimpinya.

Sayangnya, jalan menuju Hollywood tak semulus yang dibayangkan. Industri perfilman Hollywood di era 50-an masih didominasi oleh aktor dan aktris kulit putih. Kesempatan bagi aktris Asia, apalagi dari Indonesia, sangatlah terbatas.

Rintangan dan tantangan tak menyurutkan semangat Nurnaningsih. Ia terus berjuang, mengirimkan surat dan foto-foto dirinya ke berbagai studio film di Hollywood.

Ia menulis surat-surat dalam bahasa Inggris yang fasih, memperkenalkan dirinya dan mengungkapkan keinginannya untuk berkarir di Hollywood.

Penantian panjang Nurnaningsih tak kunjung berbuah hasil. Surat-suratnya tak berbalas, mimpinya seakan terbentur tembok tebal. Namun, ia tak pernah kehilangan harapan. Ia percaya bahwa suatu saat nanti, pintu Hollywood akan terbuka untuknya.

Di tengah perjuangannya meraih mimpi Hollywood, Nurnaningsih tetap berkarya di dunia perfilman Indonesia. Ia membintangi film-film populer seperti "Kebun Binatang" dan "Tiga Dara". Namanya semakin dikenal, popularitasnya semakin menanjak.

Dirinya pun sempat dijuluki sebagai Marlyn Monroe Indonesia sekaligus artis seksi pertama di tanah air.

Namun, di puncak karirnya, Nurnaningsih mengambil keputusan yang mengejutkan. Ia memutuskan untuk mundur dari dunia perfilman dan menghilang dari sorotan publik. Keputusannya ini meninggalkan tanda tanya besar bagi para penggemar dan insan perfilman Indonesia.

Nurnaningsih menjalani kehidupan yang jauh dari hingar bingar dunia hiburan. Ia menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan, mulai dari melukis, mengajar bahasa Inggris, hingga menjadi penjaga gawang sepak bola. Ia menjelajahi berbagai pelosok Indonesia, menikmati keindahan alam dan mengenal lebih dekat budaya masyarakatnya.

Meskipun telah meninggalkan dunia perfilman, mimpi Hollywood tetap tersimpan di relung hati Nurnaningsih. Mimpi itu bagaikan bara api yang tak pernah padam, mengingatkannya akan cita-cita masa mudanya.

Di masa tuanya, Nurnaningsih kembali ke dunia perfilman. Ia membintangi beberapa film dan sinetron, membuktikan bahwa bakat aktingnya tak lekang oleh waktu. Namun, Hollywood tetap menjadi mimpi yang tak terwujud.

Nurnaningsih meninggal dunia pada tahun 2004, meninggalkan warisan berupa karya-karya film yang melegenda dan kisah inspiratif tentang seorang perempuan yang berani bermimpi dan berjuang mewujudkannya.

Meskipun mimpi Hollywood-nya tak pernah tercapai, Nurnaningsih telah mengukir namanya dalam sejarah perfilman Indonesia. Ia adalah bintang yang bersinar terang, simbol keberanian, dan inspirasi bagi generasi penerus.

Kisah hidup Nurnaningsih mengajarkan kita untuk berani bermimpi besar, mengejar cita-cita dengan tekad yang kuat, dan pantang menyerah dalam menghadapi rintangan. Mimpi Hollywood mungkin tak terwujud, namun Nurnaningsih telah meraih bintangnya sendiri di langit Indonesia.

*

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Artikel Terkait