Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-online.com - Angin malam berbisik lirih di antara dedaunan Istana Merdeka, membawa serta aroma melati dan secercah kegelisahan.
Di balik tembok kokoh yang megah, Presiden Soekarno, sang Proklamator, sang Putra Sang Fajar, tengah bergelut dengan mimpi buruk. Bayangan-bayangan gelap menari-nari di pelupuk matanya, membisikkan ancaman yang tak kasat mata namun terasa begitu nyata.
Ancaman itu datang dari seberang lautan, dari negeri yang mengaku sebagai pembela demokrasi, Amerika Serikat.
Di jantung negeri Paman Sam, Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen yang tersohor licik dan kejam, tengah merancang sebuah operasi rahasia dengan sandi "Haircut".
Targetnya tak lain adalah Soekarno, pemimpin kharismatik yang berani menentang hegemoni Barat dan mengibarkan panji-panji kemerdekaan bangsa-bangsa terjajah.
Soekarno, dengan pidato-pidatonya yang berapi-api dan kebijakan politik luar negerinya yang bebas aktif, telah menjadi duri dalam daging bagi kepentingan Amerika Serikat.
Ia menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, menjalin persahabatan dengan blok komunis, dan menggalang kekuatan negara-negara Non-Blok untuk melawan imperialisme dan kolonialisme.
Amerika Serikat, yang kala itu tengah dilanda paranoia Perang Dingin, melihat Soekarno sebagai ancaman serius. Mereka khawatir Indonesia, negara dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara dan kaya akan sumber daya alam, akan jatuh ke dalam pelukan komunisme.
Berbagai upaya dilakukan untuk menjatuhkan Soekarno, mulai dari propaganda hitam, dukungan terhadap pemberontakan, hingga percobaan kudeta. Namun, Soekarno tetap tegar, bagai karang yang tak goyah diterjang ombak.
Operasi "Haircut": Sebuah Konspirasi Keji
Frustrasi dengan kegagalan-kegagalan sebelumnya, CIA akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah ekstrem: pembunuhan.
Rencana ini terungkap dalam dokumen rahasia yang dirilis oleh Arsip Nasional Amerika Serikat pada tahun 2017.
Dokumen tersebut memuat kesaksian Richard Bissell, mantan wakil direktur CIA, yang mengakui adanya diskusi internal mengenai kemungkinan pembunuhan Soekarno.
Operasi "Haircut" dirancang dengan cermat dan melibatkan berbagai pihak, termasuk agen-agen CIA, politisi Indonesia yang korup, dan bahkan seorang pilot pesawat tempur.
Beberapa skenario pembunuhan disiapkan, mulai dari kecelakaan pesawat yang direkayasa, penembakan sniper, hingga racun yang disisipkan dalam makanan atau minuman.
Namun, Soekarno bukanlah sosok yang mudah ditaklukkan. Ia memiliki insting politik yang tajam dan dikelilingi oleh pengawal-pengawal setia yang siap mengorbankan nyawa demi melindunginya.
Selain itu, Soekarno juga mendapat dukungan dari rakyat Indonesia yang mencintainya dan mengaguminya.
Berkat kewaspadaan dan keberuntungan, Soekarno berhasil lolos dari berbagai upaya pembunuhan.
Pesawat yang seharusnya ia tumpangi tiba-tiba mengalami kerusakan mesin, makanan yang hendak ia santap ternyata telah terkontaminasi racun, dan sniper yang mengincarnya gagal menembak tepat sasaran.
Misteri yang Tak Terpecahkan
Meskipun Operasi "Haircut" gagal menghabisi nyawa Soekarno, namun bayang-bayang maut terus menghantuinya. Ia akhirnya tumbang bukan oleh peluru atau racun, melainkan oleh intrik politik dan pengkhianatan.
Pada tahun 1965, terjadi peristiwa G30S/PKI yang mengguncang Indonesia dan menjadi awal dari kejatuhan Soekarno.
Hingga kini, misteri di balik G30S/PKI masih belum terpecahkan sepenuhnya. Banyak yang menduga CIA terlibat dalam peristiwa tersebut, namun bukti-bukti yang ada masih bersifat circumstantial.
Yang jelas, peristiwa tersebut berhasil menjatuhkan Soekarno dari tampuk kekuasaan dan mengakhiri era kepemimpinannya yang penuh gejolak.
Soekarno, meskipun telah tiada, namun semangatnya tetap hidup di hati rakyat Indonesia. Ia dikenang sebagai pemimpin besar yang berani melawan penjajahan, menggalang persatuan bangsa, dan memperjuangkan keadilan sosial.
Kisah tentang rencana pembunuhan Soekarno oleh CIA menjadi pengingat bagi kita akan betapa berbahayanya imperialisme dan kolonialisme.
Ia juga menjadi bukti bahwa keberanian dan semangat juang seorang pemimpin dapat mengalahkan kekuatan jahat yang ingin menghancurkannya.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---